Messi: "Ketika Aku Mencintai Tuhan"

Friday, April 9, 2010




Lionel Messi, begitu namanya disebut bahkan diplesetkan sebagai "El Messias" kemudian diparipura pernyataan bahwa Messi sedang bermain bersama Tuhan oleh legenda sepak bola asal Argentina Diego Maradona.

Nyatanya, Messi tidak lebih seorang murid yang menanti di pantai sebuah danau menunggu datangnya Sang Guru agar meluncur dua kata, "Itu Tuhan".

"Quattrick" atau empat gol telah membaptis Messi sebagai murid yang nelayan, yang memercayai bisikan dari Langit, "Tebarkanlah jalamu agar engkau beroleh ikan." Dan bintang Barca itu menjawab dengan tawaduk, "Aku ingin pergi dengan Engkau, ke mana Engkau pergi." Dan ia bergumam dalam bahasa Latin, Fiat Voluntas Tua (terjadilah kehendak-Mu).

Empat gol Messi membawa bahtera Barcelona lolos semifinal, setelah membungkam gelegar meriam para punggawa Liga Inggris Arsenal dengan skor 4-1 pada leg kedua perempat final Liga Champions di Camp Nou, Selasa (6/4). Barca menang dengan capaian agregat 6-3. Hasilnya, "Blaugrana" dinanti Inter Milan di babak empat besar.

Predikat pertama, Messi Dewa Bola. Predikat kedua, El Messias menuai sanjungan dari kawan dan lawan. Dua predikat itu mengiringi selebrasi Messi setelah merobek gawang Arsenal.

Duduk di garis tendangan sudut gawang, kedua tangannya membuka, dan tawa melebar seakan hendak menyatakan kredo bahwa "bagaimana aku mencintai ketika aku mencintai Tuhanku?"

Langit Tertinggi menjawab bahwa striker Argentina berusia 22 tahun itu mengukir kenangan indah pemeluk religiositas global bernama sepak bola. Dia terlahir dari klub Catalan untuk membasuh dirinya sebagai "Yang Fenomenal". Dia memaknai gol demi gol sebagai pembebasan dari kegelisahan demi kegelisahan.

Ketika Messi melafalkan "aku sudah menyebut Tuhanku", ada pemaknaan bahwa "aku tidak pernah merasa pasti kepada apa yang sebenarnya aku cintai ketika aku mencintai Tuhanku". Bukankah di setiap pelabuhan telah tersedia api arang yang di atasnya tergolek ikan dan roti?

Tuhan begitu mencintai Barca karena Dia mengirim undangan dan mengucapkan selamat datang dalam setiap laga. Barcelona menjadi klub dengan raihan serentak incaran gelar terbanyak. El Barca bisa meraih "quintuple winner" setelah mengamankan Piala Super Eropa dan Piala Dunia Klub.

Messi bersama para sohibnya kini mengerling asa kepada La Liga dan Liga Champions. Ini lantaran Barca di bawah pelatih Pep Guardiola mengerti dan memahami satu cara bermain sepak bola, yakni menyerang dan menyerang. Satu lagi: Yang indah!

Jadilah, sepak bola menyerang nan indah. Sebab, langit akan memberkati mereka yang meniup sangkakala optimisme dari setiap laga kehidupan. Bukankah kehidupan bak menggulirkan bola-bola nasib?

Dengan mengusung moto legendaris "Mes Que Un Club", para suporter Tim Catalan ini memiliki klub. Musim lalu, Barca menjaringkan 105 gol di La Liga. Inilah tuah dari sebuah kesabaran menanti setiap momen untuk mengoper bola di saat tepat, menghunjamkan teknik perorangan guna menciptakan peluang di gawang lawan.

Kedigdayaan Barca mengokohkan Penantian bahwa Sang Liyan datang tanpa mampu diantisipasi kedatangannya. Buktinya? Manajer Arsenal Arsene Wenger berujar, "Saya seperti melihat kilat petir. Dari mana asal mereka" Di mana pula liga tempat mereka menuai asa?"

Jawabnya, amati saja setiap laga yang dilakoni Barca, ada sederet kata yang mengabarkan setiap kemenangan. Terjadilah padaku menurut perkataanmu (fiat mihi secundum verbum tuum). Ini aksioma dari taktik indah teruji Barca.

Salah satu buah kontemplasi Barca, Messi menyejarah sebagai pencetak empat gol Liga Champions pada 2010. Ada sederet nama sebelumnya, Marco van Basten (1992), Simone Inzaghi (2000), Dado Prso (2003), Ruud van Nistelrooy (2004), Andrei Shevchenko (2005).

Hati-hati, ada mengintip ketergantungan akan peran Messi (messidependencia). Jangan mencampakkan kebersamaan. Di Blaugrana, ada Thierry Henry, Ibrahimovic sebagai aktor yang siap membongkar tembok pertahanan lawanan.

Untuk menahan laju serangan kubu seteru, ada empat nama setia, masing-masing Maxwell, Pique, Puyol dan Dani Alves. Di bawah mistar, Victor Valdes. Mereka ini siap melakukan dekonstruksi.

Dekonstruksi khas Barca dengan mengucapkan "ketika aku mencintai Tuhanku" merupakan dekonstruksi dari setiap gairah-yang-serba-mustahil.

Pembuktiannya, Barca dijajal Real Madrid dalam "El Clasico" yang akan digelar di Santiago Bernabeau, Sabtu (10/4). Disebut-sebut bahwa pelatih El Real Manuel Pellegrini menyiapkan resep untuk membendung kedahsyatan dekonstruksi khas racikan Barca.

Apakah Madrid akan menjadi murid yang melihat Sang Guru mengajar tentang bagaimana tampil bermain sepak bola dan memenangi laga? Arus deras bola ke kaki Messi bakal diawasi super-ketat. Tugas ini diemban Tiga Serangkai barisan belakang Madrid yang membawa tameng. Mereka yakni Marcelo, Fernando Gago, Raul Albiol.

Jelang pertandingan itu, sebagaimana dikutip dari Reuters, playmaker Real Madrid Guti berkomentar, "Lawan mengetahui betul siapa Messi. Yang diperlukan rencana anti-Barcelona karena kekuatan mereka tidak hanya kepada Messi. Madrid selalu favorit ketika tampil di kandang".

Gelandang Barca Xavi pun merespons, "Jika saja sebelas pemain bekerja keras dengan talentanya masing-masing maka kemenangan pasti kami raih".

Seperti biasanya, Messi menjawab dengan suara lirih, "Saya akan menjawab kritik bahwa saya bukanlah pemain yang mementingkan diri sendiri." Dan Messi kembali menegaskan, "Inilah aku. Utuslah aku!" *** Read More.. Read more!

Susi Pudjiastuti; Dulu Bakul Ikan, Kini Punya 50 Pesawat

Tuesday, March 30, 2010

MJual Cincin untuk Modal, Pinjam Bank Dianggap Gila

Keputusannya keluar dari sekolah saat masih berusia 17 tahun sangat disesalkan dua orang tuanya. Namun, berkat keuletan dan kerja kerasnya, kini Susi Pudjiastuti memiliki 50 pesawat dan pabrik pengolahan ikan yang berkualitas untuk melayani kebutuhan ekspor.

Angin laut bertiup kencang saat pesawat Cessna yang membawa Jawa Pos mendekati Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Setelah berputar sekali di atas perairan biru, pesawat berkapasitas 10 penumpang itu lantas menukik, kemudian mendarat di bibir pantai yang indah.
Konstruksi landasan yang biasa dipakai take-off dan landing itu terbuat dari campuran pasir-batu yang dipadatkan. "Ini bandara private (milik pribadi). Panjangnya satu kilometer," ujar wanita paro baya yang menyambut Jawa Pos dengan ramah.
Namanya Susi Pudjiastuti, presiden direktur PT ASI Pudjiastuti yang bergerak di bidang perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation yang merupakan operator penerbangan Susi Air. Rambutnya ikal kemerahan, suaranya serak-serak, namun pembawaannya supel.
Bukan hanya bahasa Inggris fasih yang keluar dari mulutnya saat berbincang dengan para pilotnya yang bule. Susi ?panggilan akrabnya? juga menggunakan bahasa Sunda dan sesekali bahasa Jawa kepada pembantu-pembantunya.
"Saya suka belajar bahasa apa aja. Yang penting bisa buat marah dan memerintah. Sebab, dengan itu, saya bisa bekerja," ujarnya lantas tertawa.
Saat ini, wanita kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965, tersebut memiliki 50 unit pesawat berbagai jenis. Di antaranya, Grand Caravan 208B, Piaggio Avanti II, Pilatus Porter, dan Diamond DA 42. Kebanyakan pesawat itu dioperasikan di luar Jawa seperti Papua dan Kalimantan.
"Ada yang disewa. Namun, ada yang dioperasikan sendiri oleh Susi Air. Biasanya dipakai di daerah-daerah perbatasan oleh pemda atau swasta," jelas wanita yang betis kanannya ditato gambar burung phoenix dengan ekor menjuntai itu.
Susi tak mematok harga sewa pesawat secara khusus. Sebab, hal itu bergantung pelayanan yang diminta pihak penyewa. Biaya sewanya pun bermacam-macam, tapi rata-rata USD 400?USD 500 per jam.
"Kadang ada yang mau USD 600?USD 700 per jam. Perusahaan minyak mau bayar USD 1.000 karena beda-beda level service yang dituntut. Untuk keperluan terbang, semua peranti disediakan Susi Air. Pesawat, pilot, maupun bahan bakar. Jadi, itu harga nett mereka tinggal bayar," tegasnya.
Bakat bisnis Susi terlihat sejak masih belia. Pendirian dan kemauannya yang keras tergambar jelas saat usia Susi menginjak 17 tahun. Dia memutuskan keluar dari sekolah ketika kelas II SMA. Tak mau hidup dengan cara nebeng orang tua, dia mencoba hidup mandiri. Tapi, kenyataan memang tak semudah yang dibayangkan.
"Cuma bawa ijazah SMP, kalau ngelamar kerja jadi apa saya. Saya nggak mau yang biasa-biasa saja," ujarnya.
Kerja keras pun dilakoni saat itu. Mulai berjualan baju, bedcover, hingga hasil-hasil bumi seperti cengkih. Setiap hari, Susi harus berkeliling Kota Pangandaran menggunakan sepeda motor untuk memasarkan barang dagangannya. Hingga, dia menyadari bahwa potensi Pangandaran adalah di bidang perikanan. "Mulailah saya pengen jualan ikan karena setiap hari lihat ratusan nelayan," tuturnya.
Pada 1983, berbekal Rp 750 ribu hasil menjual perhiasan berupa gelang, kalung, serta cincin miliknya, Susi mengikuti jejak banyak wanita Pangandaran yang bekerja sebagai bakul ikan. Tiap pagi pada jam-jam tertentu, dia nimbrung bareng yang lain berkerumun di TPI (tempat pelelangan ikan). "Pada hari pertama, saya hanya dapat 1 kilogram ikan, dibeli sebuah resto kecil kenalan saya," ungkapnya.
Tak cukup hanya di Pangandaran, Susi mulai berpikir meluaskan pasarnya hingga ke kota-kota besar seperti Jakarta. Dari sekadar menyewa, dia pun lantas membeli truk dengan sistem pendingin es batu dan membawa ikan-ikan segarnya ke Jakarta. "Tiap hari, pukul tiga sore, saya berangkat dari Pangandaran. Sampai di Jakarta tengah malam, lalu balik lagi ke Pangandaran," ucapnya mengenang pekerjaan rutinnya yang berat pada masa lalu.
Meski sukses dalam bisnis, Susi mengaku gagal dalam hal asmara. Wanita pengagum tokoh Semar dalam dunia pewayangan itu menyatakan sudah tiga kali menikah. Tapi, biduk yang dia arungi bersama tiga suaminya tak sebiru dan seindah Pantai Pangandaran. Semua karam.
Dari suaminya yang terakhirlah, Christian von Strombeck, si Wonder Woman itu mendapat inspirasi untuk mengembangkan bisnis penerbangan. "Dia seorang aviation engineer," lanjutnya.
Christian merupakan seorang ekspatriat yang pernah bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara, sekarang PT DI). Awal perkenalannya dengan lelaki asal Prancis itu terjadi karena Christian sering bertandang ke Restoran Hilmans milik Susi di Pantai Pangandaran. Berawal dari perkenalan singkat, Christian akhirnya melamar Susi. "Restoran saya memang ramai. Sehari bisa 70?100 tamu," katanya.
Dengan Christian, Susi mulai berangan-angan memiliki sebuah pesawat dengan tujuan utama mengangkut hasil perikanan ke Jakarta. Satu-satunya jalan, lanjut dia, adalah membangun landasan di desa-desa nelayan. "Jadi, tangkap ikan hari ini, sorenya sudah bisa dibawa ke Jakarta. Kan cuma sejam," tegas ibu tiga anak dan satu cucu tersebut.
Berbeda jika harus memakai jalur darat yang bisa memakan waktu hingga sembilan jam. Sesampai di Jakarta, banyak ikan yang mati. Padahal, jika mati, harga jualnya bisa anjlok separo.
"Kami mulai masukin business plan ke perbankan pada 2000, tapi nggak laku. Diketawain ma orang bank dan dianggap gila. Mau beli pesawat USD 2 juta, bagaimana ikan sama udang bisa bayar, katanya," ujar Susi.
Baru pada 2004, Bank Mandiri percaya dan memberi pinjaman USD 4,7 juta (sekitar Rp 47 miliar) untuk membangun landasan serta membeli dua pesawat Cessna Grand Caravan. Namun, baru sebulan dipakai, terjadi bencana tsunami di Aceh. "Tanggal 27 kami berangkatkan satu pesawat untuk bantu. Itu jadi pesawat pertama yang mendarat di Meulabouh. Tanggal 28 kami masuk satu lagi. Kami bawa beras, mi instan, air, dan tenda-tenda," ungkapnya.
Awalnya, Susi berniat membantu distribusi bahan pokok secara gratis selama dua minggu saja. Tapi, ketika hendak balik, banyak lembaga nonpemerintah yang memintanya tetap berpartisipasi dalam recovery di Aceh.
"Mereka mau bayar sewa pesawat kami. Satu setengah tahun kami kerja di sana. Dari situ, Susi Air bisa beli satu pesawat lagi," jelasnya.
Perkembangan bisnis sewa pesawat terus melangit. Utang dari Bank Mandiri sekitar Rp 47 miliar sekarang tinggal 20 persennya. "Setahun lagi selesai. Tinggal tiga kali cicilan lagi. Dari BRI, sebagian baru mulai cicil. Kalau ditotal, semua (pinjaman dari perbankan) lebih dari Rp 2 triliun. Return of investment (balik modal) kalau di penerbangan bisa 10?15 tahun karena mahal," katanya.
Susi tak hanya mengepakkan sayap di bisnis pesawat dan menebar jaring di laut. Sekarang, dia merambah bisnis perkebunan. Meski begitu, dia mengakui ada banyak rintangan yang harus dilalui. "Perikanan kita sempat hampir rugi karena tsunami di Pagandaran pada 2005. Kami sempat dua tahun nggak ada kerja perikanan," tuturnya.
Untuk penerbangan rute Jawa seperti Jakarta?Pangandaran, Bandung?Pangandaran, dan Jakarta?Cilacap, Susi menyatakan masih merugi. Sebab, terkadang hanya ada 3?4 penumpang. Dengan harga tiket rata-rata Rp 500 ribu, pendapatan itu tidak cukup untuk membeli bahan bakar. "Sebulan rute Jawa bisa rugi Rp 300 juta?Rp 400 juta. Tapi, kan tertutupi dari yang luar Jawa. Lagian, itu juga berguna untuk angkut perikanan kami," ujarnya.
Susi memang harus mengutamakan para pembeli ikannya karena mereka sangat sensitif terhadap kesegaran ikan. Sekali angkut dalam satu pesawat, dia bisa memasukkan 1,1 ton ikan atau lobster segar. Pembelinya dari Hongkong dan Jepang setiap hari menunggu di Jakarta. "Bisnis ikan serta lobster tetap jalan dan bisnis penerbangan akan terus kami kembangkan. Tahun depan kami harap sudah bisa memiliki 60 pesawat," katanya penuh optimisme. *** Read More.. Read more!

Best Jobs in America

Sunday, October 11, 2009

In the midst of the worst job market in three decades, you might think the only thing people care about when it comes to their career is having a job and keeping it. But when Money and PayScale.com, a leading online provider of employee-compensation data, surveyed 35,000 people online about what makes a great job, they rated intellectual challenge, a passion for the work, and flexibility just as highly as security. Perhaps the financial crisis has made many of us realize that we’re going to be on the job a few extra years, so we might as well be doing work we can enjoy.

See the Highest Paying Best Jobs in America
See the Best Jobs with the Highest Quality of Life Ratings
See the Full List of Best Jobs


1. Systems Engineer

Median salary (experienced): $87,100
Top pay: $130,000
Job growth (10-year forecast): 45%
Sector: Information Technology

What they do: They're the "big think" managers on large, complex projects, from major transportation networks to military defense programs. They figure out the technical specifications required and coordinate the efforts of lower-level engineers working on specific aspects of the project.

Why it's great: Demand is soaring for systems engineers, as what was once a niche job in the aerospace and defense industries becomes commonplace among a diverse and expanding universe of employers, from medical device makers to corporations like Xerox and BMW. Pay can easily hit six figures for top performers, and there's ample opportunity for advancement. But many systems engineers say they most enjoy the creative aspects of the job and seeing projects come to life. "The transit system I work on really makes a tangible difference to people," says Anne O'Neil, chief systems engineer for the New York City Transit Authority.

Drawbacks: Long hours are common; project deadlines can be fierce.

Pre-reqs: An undergrad engineering degree; some jobs might also require certification as a certified systems engineering professional (CSEP).


2. Physician Assistant

Median salary (experienced): $90,900
Top pay: $124,000
Job growth (10-year forecast): 27%
Sector: Healthcare

What they do: Call it MD lite. Working under the supervision of a doctor, PAs do all tasks involved in routine medical care, such as diagnosing illnesses and assisting in surgery. In most states they can write prescriptions as well.

Why it's great: You get the satisfaction of treating patients minus insurance hassles, since PAs have far less administrative responsibility than the typical MD. "I'm part of a team yet have a lot of autonomy," says PA Robert Wooten. You don't have to take on the time or expense of med school (see pre-reqs) and the field is virtually recession-proof, owing to an ongoing shortage of primary-care physicians. PAs are also far cheaper to employ than MDs, so demand is expected to steadily increase as medical facilities try to rein in costs, says Bill Leinweber, CEO of the American Academy of Physician Assistants. And since they don't need as much specialized training as doctors, PAs can switch from, say, geriatrics to emergency care with relative ease.

Drawbacks: It's a fairly new profession, so the number of annual job openings is still small.

Pre-reqs: A master's degree; 100 hours of training every two years; recertification every six.



3. College Professor

Median salary (experienced): $70,400
Top pay: $115,000
Job growth (10-year forecast): 23%
Sector: Education

What they do: Teach and grade papers, of course. But profs also spend about half their time doing research and writing articles and books about their field.

Why it's great: For starters, major scheduling freedom. "Besides teaching and office hours, I get to decide where, when, and how I get my work done," says Daniel Beckman, a biology professor at Missouri State University. And that doesn't even take into account ample time off for holidays and a reduced workload in the summer. Competition for tenuretrack positions at four-year institutions is intense, but you'll find lots of available positions at community colleges and professional programs, where you can enter the professoriate as an adjunct faculty member or non-tenuretrack instructor without a doctorate degree. That's particularly true during economic downturns, when laid-off workers often head back to school for additional training. More valuable perks: reduced or free tuition for family members and free access to college gyms and libraries.

Drawbacks: Low starting pay and a big 50% salary gap between faculty at universities and community colleges. If the position is at a four-year university, you'll probably have to relocate, and you'll be under pressure to constantly publish new work to sustain career momentum.

How to get it: For a tenure track position, you'll need a Ph.D. But all colleges want at least a master's degree and prefer plenty of teaching experience.


4. Nurse Practitioner

Median salary (experienced): $85,200
Top pay: $113,000
Job growth (10-year forecast): 23%
Sector: Healthcare

What they do: In addition to performing routine caretaking tasks, nurse practitioners have the advanced medical training to diagnose and treat a wide range of ailments. They can also prescribe medication without consulting an MD.

Not that stability and growth don’t matter, of course. We put the heaviest weight on those factors when we began crunching the numbers to come up with our list of the 50 best jobs. But to make the final cut, a job had to get high quality-of-life marks too. Whether you’re thinking of switching careers, are job hunting, or want to nudge a child in the right professional direction, this list should give you plenty of fodder for discussion.

Why it's great: Thanks to the growth of retail health clinics and the shortage of primary-care doctors, opportunities abound for nurse practitioners in settings from hospitals and urgent-care centers to private practice. They can specialize in fields such as women's health or oncology. Experienced nurse practitioners looking for a change of pace can shift to teaching or medical research. Nurse practitioners are also specifically trained in patient teaching; disease prevention is typically a large part of their practice. "Helping people see that small changes in their lifestyles can make a big difference to their health is very rewarding," says New York City nurse practitioner Edwidge Thomas.

Drawbacks: Constant insurance headaches. Education requirements are ratcheting up.

Pre-reqs: Must first complete training to get license as a registered nurse; master's degree, plus certification. A doctor of nursing practice degree is increasingly in demand, which requires about three additional years of study.


5. Information Technology Project Manager

Median salary (experienced): $98,700
Top pay: $140,000
Job growth (10-year forecast): 16%
Sector: Information Technology

What they do: Keep big tech projects like software upgrades running on time--and on budget. "We bring order to chaos," says April Ellison, an IT project manager in the San Francisco Bay Area.

Why it's great: Lots of opportunity. "Just about all companies need techsavvy people who are great managers," says Houston tech recruiter Linda Ranostaj. Figuring out how to implement cutting-edge technologies keeps the job challenging. Good upward mobility: IT project managers can rise to chief technology officer of a company, where the salaries can hit $300,000. Do you prefer to work for yourself? The field offers plenty of consulting work.

Drawbacks: Hours (and hours and hours) of meetings. Aggressive project timelines. Staff jobs can be outsourced to consultants.

Pre-reqs: Five to seven years of technology and computer-related experience. A project management professional certification, along with an MBA, will enhance career prospects.




6. Certified Public Accountant

Median salary (experienced): $74,200
Top pay: $138,000
Job growth (10-year forecast): 18%
Sector: Financial

What they do: Crunch the numbers, whether it's for financial analysis or tax preparation.

Why it's great: Businesses began stocking the payroll with CPAs after major accounting scandals earlier this decade, and a host of new corporate accounting rules going into effect soon should ratchet up demand further. Government agencies are also hiring CPAs, to monitor how well companies are complying with the new regs. Add inevitable changes to personal income tax rules and you have a pretty recession-proof profession. "Unless Congress does away with taxes, we'll always have work," says CPA Lisa Featherngill of Winston- Salem, N.C. Some 33,000 independent CPAs also work for themselves, typically as tax preparers.

Drawbacks: Deadlines are nonnegotiable; if you're in tax preparation, kiss your personal life goodbye between mid-February and April 15.

Pre-reqs: A certification exam and, typically, 150 hours of business and accounting classes and work experience.

7. Physical Therapist

Median salary (experienced): $74,300
Top pay: $98,100
Job growth (10-year forecast): 27%
Sector: Healthcare

What they do: Restore strength, flexibility, and range of motion to people who have been sidelined by injury, illness, or disease.

Not that stability and growth don’t matter, of course. We put the heaviest weight on those factors when we began crunching the numbers to come up with our list of the 50 best jobs. But to make the final cut, a job had to get high quality-of-life marks too. Whether you’re thinking of switching careers, are job hunting, or want to nudge a child in the right professional direction, this list should give you plenty of fodder for discussion.

Why it's great: Unlike many health-care professionals, physical therapists generally see great progress in their patients. "I don't just treat the symptoms-- I give people the tools to get better," says Jennifer Gamboa, an orthopedic physical therapist in Arlington, Va. Plus, there's no overnight or shift work. Medical advances that allow a growing number of people with injuries and disabilities to survive are spurring demand, says Marc Goldstein, senior director of research at the American Physical Therapists Association. And hey, baby boomers' knees aren't getting any younger: An aging population means more chronic conditions that need physical therapy treatment.

Drawbacks: The impact of health reform on the profession is a wild card. Can be physically demanding.

Pre-reqs: A master's degree, plus certification and state licensing. Many employers prefer a doctor of physical therapy degree.


8. Computer/Network Security Consultant

Median salary (experienced): $99,700
Top pay: $152,000
Job growth (10-year forecast): 27%
Sector: Information Technology

What they do: Protect computer systems and networks against hackers, spyware, and viruses. "I consider myself a cybercrime fighter," says Gregory Evans, an independent computer security consultant in Atlanta.

Why it's great: No company or government agency can afford to have a serious breach in the security of its computer system. New technologies and an unending supply of creative hackers around the world keep the field challenging. Consultants can often work from home. And top-level pros command big paychecks.

Drawbacks: Talk about stress. If a system is infiltrated by a virus or hacker, it could mean lights out for the security consultant's career. "This is a job you can't afford to ever fail in," says Evans.

Pre-reqs: Mostly major geekdom, since the skills can be self-taught. Still, a computer science degree comes in handy. An information systems security professional certification (CISSP) is increasingly favored. Experience is key for better-paying positions: Most companies won't hire a consultant with less than five years of experience.


9. Intelligence Analyst

Median salary (experienced): $82,500
Top pay: $115,000
Job growth (10-year forecast): 15%
Sector: Government

What they do: Gather and analyze data related to international policy and military strategy, most often for the government or defense contractors.

Why it's great: Like adventure? Data might be collected from satellite images, wiretaps, Internet chatter, and military and spy reports. Given the country's continued vigilance about national security, demand should remain high. "The best part is helping our country," says Nate Copeland, an intelligence analyst in Herndon, Va.

Drawbacks: High stress; you often can't talk about your job outside of work.

Pre-reqs: Security clearance, of course. Foreign languages and often military experience are a huge plus.




10. Sales Director

Median salary (experienced): $140,000
Top pay: $239,000
Job growth (10-year forecast): 10%
Sector: Sales and Marketing

What they do: Set and meet sales goals, generate new accounts, and mentor and train new recruits.

Why it's great: A successful sales director--especially one who can weather an economic downturn-- will always be sought after. "I feel secure since I'm bringing money into the company," says Holly Anderson, a sales director in St. Helena, Calif. Sales directors often move into high-level management.

Drawbacks: Sales down? You're vulnerable to getting the ax. Commission-based pay can fluctuate dramatically. Expect to be on the road about 50% of the time.

Pre-reqs: 10 years of sales experience and a year or two in management. A proven track record beats an advanced degree.

by Donna Rosato with Beth Braverman and
Alexis Jeffries, Money Magazine
Friday, October 9, 2009 Read More.. Read more!

My Dewata Ocean

Tuesday, August 25, 2009

Bingung.... mau bilang apa, setujui ditutup atau tidak? Berat rasanya...ketika mendengar kabar itu....seperti disambar halilintar... knapa tidak...sesuatu yang sudah dibangun, dibina, dimaintanace...harus ditutup dengan begitu saja...

Tidakkah kita bisa lepas dari semua masalah ini... tidak kah bisa dipertahankan sampai bisa melewati dan mendapatkan hasilnya dari jerih payah selama ini.. saya yakin pasti bisa berlalu; seperti dalam lagu Chrisye : Badai Pasti Berlalu...

Saya hanya berharap bisa lagi dipertahankan untuk beberapa periode lagi... Karena dari dulu hanya ini cita-citaku... Cita-citaku untukmu dan juga untukku... Inilah yang membuatku menjadi lebih gigih untuk mengatakannya tidak setuju kalau ditutup.. Read More.. Read more!

Semua Tentang Kita

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati

Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa

Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita Read More.. Read more!

Ke Istana Pilihanku

Wednesday, August 19, 2009

Ini pertama kali menginjakkan kaki di sana. Aku tak bisa menggambarkan bagaimana perasaan saat itu. Yang terpenting dalam benakku...aku akan memanjakan diri selama berada disana. Termasuk bisa mengikuti sebuah acara kenegaraa yang sekaligus menjadi hari bersejarah juga buat aku. Tidak sendiri saat itu, ada beberapa teman dari media lain dan beberapa orang petugas protokol untuk Wakil Gubernur HM Sani yang saat itu menerima penghargaan dari Presiden SBY.

Karena prestasi beliau itulah aku bersama Arment sahabat terbaikku itu bisa merasakan bagaimana mengikuti acara sebuah kenegaraan. Memang Armetn bukan hari pertama lagi baginya untuk datang ke Istana. Dia sudah yang ketiga kali menghadiri acara disana. Sehingga bagi dia bukan hal yang luar biasa.

Tapi bagi ku yang pertama kali, pengalaman ini luar biasa. Mungkin selanjutnya aku akan terbiasa, seperti sahabatku itu. Tapi bagaimana pun selama disana.. kami sangat menikmati suasana. Berkeliling mengelilingi seisi pekarangan istana dan beberapa gedung bersejarah.

Tak kami lewatkan juga untuk menghabiskan sebatang dua batang rokok di dalam istana. Pertama kami sih khawatir untuk melakukan itu (merokok, red) di dalam pekarangan istana. Tapi karena tidak tahan dengan mulut yang sudah adem kata sahabatku itu, kami pun terpaksa melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.

Memang tak seorang pun yang aku lihat mengisap rokok di pekarangan itu. Maka itu kami mencari tempat yang lebih aman. Kami pun bersembunyi menikmati sebatang rokok. Setelah itu tidak lagi. Karena kami khawatir 'ditendang' Paspampres yang ajubile jumlahnya banyak sekali berkeliaran disekitar istana.

"Tapi setidaknya kita berhasil mengelabui dan meninggalkan abu rokok kita disini," kata Arment sembari tersenyum. Tapi bagiku saat itu menghabiskan sebatang rokok tidak ada nikmatnya. Karena terus dibayangi personel paspampres yang begitu kejam. Tak ada ampun. Salah sedikit menurut mereka langsung saja dikeluarkan.

Jangankan berbuat salah...walaupun dengan pakaian rapi, tapi kalau bagi mereka mencurigakan tetap saja tidak dijinkan masuk. Apalagi untuk masuk gedung istana. Tapi bagi kami dengan sahabatku masih bisa menikmati suasana gedung itu, dan menikmati beberapa acara disana.

Meski pun pada akhirnya, kami bersama sahabatku tidak diijinkan Paspampres hadir mengikuti acara bersejarah bagi Wagub Kepri yang berbudi itu. Tapi setidaknya kita sudah setengah jalan mengikutinya, kataku dalam hati, tidak apa-apalah. Aku juga berpikir kenapa saat itu paspampres begitu tidak senang dengan kami berdua.

Setelah aku selidiki, mungkin saja karena ulah sahabatku. Kanapa tidak, disaat genting seperti sekarang ini, ancaman bom dari teroris kelas kakap buruan nomor satu bangsa Indonesia Nordin Memang Top (plesetan sahabatku itu, red) dia berdandan mencurigakan.

Sahabatku itu memang hanya ingin menghargai PAK Sani yang menerima penghargaan Bintang Jasa Pratama dari Presiden SBY. Oleh karena itu diapun mengubah penampilan supaya lebih menarik. Rambutnya yang gondrong tidak ingin menjadi masalah bagi kami. Akhirnya diapun memakai wig, milik istrinya yang memang sudah dipersiapkannya dari dari Batam.

Pagi-pagi sebelum berangkat ke istana diapun memakainya dengan sangat apik. Perwajahannya pun langsung berubah. Begitu masuk istana, para paspampres mulai memberi penghatian padanya. "Mungkin karena Arment pakai wig dan kamu mirip Osama karena jenggotmu," ledek Iskandar potografer Pemprov Kepri yang ikut saat itu dan juga tidak bisa masuk sama sekali.

Hingga acara gladi bersih bersama pejabat negara di istana berlangsung, kami masih diijinkan bergabung bersama keluarga Pak Sani. Namun begitu pak Presiden SBY dan Wapres JK memasuki ruangan kami langsung diminta keluar. Paspampres meminta tolong, termasuk petugas Paspampres perempuan.

Mereka meminta Paspampres perempuan yang maju supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Dengan sangat terhormat kami pun keluar. Jadilah kami menunggu di depan gedung bersama ajudan-ajudan para pejabat penerima bintang kehormatan dari presiden yang tak bisa masuk. Mereka tidak bisa masuk karena dengan alasan yang sama seperti kami masalah pakaian.

Undangan yang kami terima dari istana seperti tidak ada gunanya. Aku dan sahabatku itu sangat kecewa. Tapi setidaknya untuk mengobati rasa kecewa kami kami pun mengikuti acara latihan persiapan perayaan HUT RI ke 64 di Istana. Menakjubkkan.
Semua personel choir untuk menyanyikan lagu kebangsaan itu merupakan pelajar dari tingkat SD hingga mahasiswa dari seluruh provinsi di Indonesia.

Meski bisa menikmati acara-acara seperti pameran foto-foto kegiatan presiden/wapres berserta ibu negara di sekitar istana, pikiran masih saja terpikir mengapa paspampres tidak menginjinkan kami masuk mengikuti acara penganugerahan bintang jasa pratama bagi pejabat prestasi itu.

Ternyata begitu menjelang acara usai aku mendekati seorang paspampres yang memang pernah datang ke Batam saat kunjungan presiden. Dia mengatakan kalau kami tidak menggunakan pakaian PSL (jas). Tentu saja kecewa mendengarnya. Sebenarnya sebelum acara pas gladi resik di sekretariat militer gedung sekretariat negara, protokol acara mengumumkan bahwa undangan bebas pakaian rapi.

Jadilah kami memakai pakaian kebanggaan bangsa Indonesia; BATIK. Memang Indonesia masih saja kurang bagus dalam koordinasi. Buktinya antara panitia acara dengan Paspampres saja pun tidak satu suara. Pak Sani pun kecewa dengan kebijakan sepihak Paspampres itu. "Hal seperti ini yang perlu dibenahi di negara ini," ujarnya geram.

Tapi karena acara harus terus berlangsung dia pun memenangkan kami, dengan caranya. Dan kami pun tidak bisa berbuat apa-apa. "Ya...gakpapa, setidaknya kita sudah bisa bersama di dalam ini dengan suasana yang membahagiakan," ucapku dalam hati menenangkan jiwa.

Acara itu berlangsung hanya 1 jam. Usai foto-foto bersama dengan beberapa pejabat yang berprestasi, presiden da wapres langsung melanjutkan tugas kenegaraannya. Sementara kami baru bisa masuk dan langsung memanfaatkan situasi itu untuk berfoto ria bersama siapun pejabat yang masih tinggal di gedung itu.

Pengalaman pertama memang tidak selamanya berjalan dengan baik tapi bagiku menarik... karena semua itu adalah pengalaman yang tak terlupakan....Mengunjungi Istana yang menjadi tempat presiden pilihanku mengatur negara ini supaya berjalan baik dan maju...... Read More.. Read more!

Soal HGB Di Batam, BPN Bela Kepentingan Warga dan Investor

Wednesday, June 17, 2009

Kepala BPN Minta Dephut Beri Ijin Perpanjangan HGB di Kawasan Lindung

JAKARTA – Badan Pertanahan Nasional (BPN) akan mengupayakan agar ribuan sertifikat Hak Guna Bangun (HGB) di Batam yang terbentur UU Kehutanan bisa diperpanjang. Demi kepentingan investasi dan ketenangan masyarakat yang tinggal di Batam, BPN meminta Departemen Kehutanan dapat memahami posisi lahan di kawasan lindung yang sudah memiliki sertifikat HGB.

Kepala BPN Joyo Winoto mengakui, persoalan di Batam memang cukup rumit. Alasannya, sertifikat HGB yang diterbitkan karena mengacu Keputusan Presiden (Keppres) tentang penetapan Batam sebagai kawasan industri ternyata saat ini tidak bisa diperpanjang lantaran adanya penetapan beberapa wilayah di Batam sebagai kawasan hutan lindung. “Soal Batam ini memang perlu perhatian lebih,”” ujar Joyo Winoto kepada Batam Pos di Jakarta, Senin (15/6) petang.

Dipaparkannya, karena dulu awalnya Batam ditetapkan sebagai lokasi industri maka diterbitkanlah Hak Pengelolaan Lahan (HPL). Dengan adanya HPL, kata Joyo, dimungkikan terbitnya HGB.

“Tetapi dalam perjalanan, sekitar tahun 1993 ada proses dari Dephut. Wilayah-wlayah itu dijadikan kawasan lindung. Kalau ini jadi kawasan kehutanan, pertanyannya yang sudah dapat HGB bisa diperpanjang atau tidak? Kami inginkan ini bisa diperpanjang karena orang sudah banyak berinvestasi,” ujar Joyo.

Mantan anggota tim sukses SBY pada Pilpres 2004 itu menambahkan, sampai saat ini pembahasan soal HGB di Batam antara BPN dan Dephut belum selesai. Menurutnya, ada dua UU yang dipegang masing-masing pihak yakni UU Pokok Agraria dan UU Kehutanan.


Namun Joyo berharap perpanjangan HGB itu tetap dimungkinkan. “Sehingga mereka yang sudah berinvestasi dan masyarakat yang sudah menetap di situ tetap bisa hidup dengan tenang,” cetusnya.

Lantas bagaimana jika Dephut tidak memberikan rekomendasi perpanjangan HBG? Joyo mengaku tidak mengharapkan hal itu. “Kita harap Dephut bisa melihat ini agar boleh diperpanjang. Kalau tidak boleh, ya nanti secara hukum kita harus memberikan penjelasan secara khusus kepada pemegang HGB,” tuturnya.


Dikatakannya pula, ada faktor yang perlu menjadi pertimbangan Dephut sehinggga HGB perlu diperpanjang. “Untuk daerah yang tidak ditetapkan sebagai kawasan lidnung tidak ada masalah. Tetapi kalau di kawasan lindung itu ternyata ada yang HGB industri yang besar, ini juga yang perlu kita bahas dengan Dephut,” tegasnya.

Ditanya jika memang dulu status tanahnya belum jelas mengapa bank mau memberi kredit, Joyo menegaskan bahwa status awalnya sudah jelas karena sudah ada sertifikat HGB. “Sebenarnya dulu sudah ada sertifikat. Karenanya bank mau membiayai (kredit) dengan sertifikat sebagai jaminannya. Cuma memang waktu itu statusnya bukan kawasan lindung,” bebernya. *** Read More.. Read more!