Cetak Siswa Berprestasi

Saturday, June 28, 2008

Hamdani, guru SMK Negeri 1 Batuaji Batam, guru berprestasi yang mewakili Kepri ke tingkat nasional tahun 2007 lalu. Tahun ini dia terpilih lagi mewakili Kepri sebagai pembimbing dua siswa mengikuti lomba kerja ketrampilan (LKS) Mekatronik tingkat nasional tanggal 23-29 Juni di Makasar. Kedua siswa yang akan ikut bertanding tersebut Adi Cahya dan Eko Rudiawan, siswa kelas III Elektronika, merupakan siswa terpelajar di sekolah itu.
Selain Hamdani, Rusdi adalah guru berprestasi lainnya yang berhasil mencetak siswa-siswa berprestasi seperti M Ruslan, bisa mengikuti LKS tingkat nasional di bidang Industrial Kontrol di Makasar mewakili Kepri. Mereka merupakan bukti guru-guru yang telah mengharumkan dunia pendidikan di Batam dan Kepri.
Para guru berprestasi ini tetap saja berbuat yang terbaik bagi pendidikan Batam maupun Kepri umumnya, meski apresiasi yang mereka terima dari pemerintah masih minim. Terlepas dari minimnya apresiasi tersebut, guru-guru yang berprestasi dan pernah membawa nama Batam dan Kepri ke tingkat nasional ini tetap optimis dengan tugas mulianya. Hanya yang dikuatirkan jika pemerintah tidak memperbaikinya, bisa jadi bumerang, sebab guru-guru jadi enggan berkarya. Dalam artian ke depan guru bisa jadi malas berbuat lebih.
Disini kata Hamdani, guru bukan mengeluh, bahkan sampai saat ini guru-guru berprestasi di Batam, seperti Hamdani, Rusdi dan lainnya masih tetap ingin berkarya tanpa berharap yang aneh-aneh, arena sudah menjadi panggilan jiwa. Harapan bekerja bukan materi semata, tapi bekerja dengan iklas. ”Kalau pun ada apresiasi itu hanya mengikuti,” kata Hamdani. Menurutnya, sampai saat ini para guru berprestasi seperti dirinya masih berpikir positif memajukan pendidikan Batam maupun Kepri.
”Kita akan tetap bekerja dan berbuat yang terbaik dan membawa anak-anak tetap berprestasi,” ucapnya. Ke depan lanjut Hamdani, apresiasi pemerintah harus lebih menyentuh. Sebab apresiasi sebuah motivasi bagi guru-guru lain untuk ingin melakukan yang terbaik. Jangan lebih besar apreasiasi di entertaiment dibanding guru-guru berprestasi. Di Jepang, guru sangat dihargai, terlepas mereka berprestasi atau bukan. Perhatian pemerintahnya membuat semua guru disana berlomba berbuat yang terbaik bagi pendidikan bangsanya.
Sederet kesuksesan yang pernah diraih Hamdani , baik saat membawa siswa menang dalam lomba tingkat nasional juga dalam komptensi guru berprestasi tingkat nasional.
Yakni, Juara II LKS Mekatronik ke tingkat nasional tahun 2005 (pembimbing), juara II tingkat nasional di Jakarta (pembimbing), berhasil pergi bersama sembilang guru lainnya ke China sebagai juara guru berprestasi tingkat nasional tahun 2006, Juara III workshop guru berprestasi tahun 2007 di Jakarta berangkat ke Jepang dan penilai guru berprestasi tingkat kota dan provinsi.
Selain guru-guru berprestasi diatas, Persatuan Guru Republik Indoensia (PGRI) Batam dan Dewan Pendidikan Batam juga berperan penting meningkatkan mutu pendidikan Batam. PGRI dan Dewan Pendidikan Kota Batam telah rencanakan program yang terbaik tahun ini.
Diantaranya, kerjasama dengan Indosat menghimpun dana melalui program Delima (Derma Lima Ribu) dan program Sabas. Setiap masyarakat berhak membantu dunia pendidikan dengan cara mengirimkan SMS dan setiap potongan dari pulsa akan masuk ke rekening Delima dan Sabas. Hal ini nanti akan disosialisasikan. Dana yang terkumpul nantinya diperuntukkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan pendidikan di Batam.
Tidak hanya itu saja, PGRI juga ke depannya akan membuka Bimbingan Belajar, sekolah TK, SD, SMP dan SMA PGRI. ”Kita juga sedang berupaya bagaimana menyelesaikan pendidikan tingkat dasar,” ungkap Hardi Hood, Ketua Dewan Pendidikan Kota Batam. Read More.. Read more!

Berharap Guru Belajar ”Pedagogik”

Pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat mengarahkan masa depan bangsa baik atau buruk, ditentukan oleh pendidikan kita saat ini. Jika pendidikan saat ini sudah teroptimalkan dan dimanfaatkan fungsinya secara baik maka kemajuan dan masa depan bangsa yang cerah, bukan lagi hanya sekedar impian belaka. Lantas, bagaimana dengan pendidikan Batam, bisakah memajukan daerah industri ini?
Reno, mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Batam mengatakan, hal itu masih sangat sulit dicapai. Sebab pria berkaca mata yang juga guru honor di sebuah sekolah dasar ini mengaku masih kesulitan menguasai sikap anak di kelas saja kesulitan, karena tidak ada belajar tentang psikologi anak.
”Kita dari non kejuruanjadi tak ada belajar psikologi, ini yang bikin sulit, saya hanya belajar sendiri setiap ada seminar tentang psikologi,” ungkapnya dalam sebuah forum.
Sekarang ini akibat tak belajar psikologi tadi, soul guru dalam membangun jiwa anak berkurang. Tidak seperti dulu, setiap guru mampu membangun jiwa anak sejak kecil sehingga setelah besar langsung bisa menentukan cita-citanya. ”Dulu, guru sudah tahu mengarahkan jiwa anak begitu tahu cita-cita muridnya, tidak seperti sekarang mengambang,” tambah Andreas mahasiswa lainnya.
Kembali ke Reno, guru honor sekarang juga semakin materialistis. Sebab setiap ada kelas tambahan di sekolahnya, beberapa honorer selalu mengukur dengan materi. ”Ada honor atau tidak, selalu bertanya begitu,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin tak memungkiri minimnya guru mengerti pedagogik. Hal itu disebabkan banyak guru dari lulus dari perguruan tinggi non kejuruan. Padahal seorang guru harus faham pedagogik yakni cara mengajar dan menguasai tentang psikologi anak, remaja dan dewasa.
Minimnya penguasaan pedagogik ini, memang disebabkan perubahan sistem pendidikan dengan penghapusan Sekolah Pendidikan Guru dan Perguruan Tinggi IKIP berubah jadi Universitas yang belajar tentang hal ini tak maksimal oleh pemerintah pusat. Sehingga lulusan guru pun berkurang.
Sementara kebutuhan guru di bangsa ini cukup tinggi akibatnya sekolah swasta maupun negeri harus merekrut guru non pendidikan. Belakang untuk memenuhi persyaratan akta IV bagi setiap calon guru pun kuliah karbitan. ”Daripada tak ada akar, rotan pun jadi,” katanya.
Muslim pun menyarankan bagi yang terlanjur guru tapi dari non IKIP supaya rajin belajar tentang pedagogik, pengembangan anak, remaja dan dewasa dari buku. ”Sebab kualitas pendidikan itu harus diawali menguasai pedagogik. Pendidikan Malaysia maju karena masih pertahankan pedagogik,” katanya.
Selain upaya itu Disdik Batam mulai memulai melakukan seleksi kepala sekolah tahun ini. Beberapa calon kepala sekolah sedang dikirim ke VEDC Malang, Medan dan Bogor menerima pelatihan. ”Tidak ada lagi titip-titip,” katanya.
Terkait guru yang semakin materialistis, Muslim mengaku memahami kendala honorer maupun honor komite yang gajinya belum berimbang dengan guru PNS. ”Kita tidak menapikan itu tapi keterbatasan dan ketentuan diatur oleh pemerintah yang menetapkan tak ada pengangkatan,” katanya. Ironisnya dari 7.003 guru di Batam hanya 1.703 PNS, selebihnya 5.300 adalah non PNS yang disinyalir semuanya belum menguasai pedagogik.
Muslim juga meminta setiap guru berusaha meningkatkan kualitasnya dan masyarakat memberikan apresiasi agar guru tidak bersikap apatis dalam mengajar. Pemerintah juga akan terus memperhatikan nasib guru dan tidak metutup mata dengan semua persoalan ini.
”Karena tanpa guru anak kita juga tak ada apa-apa, jadi mari kita menghargai mereka, sebab mereka sudah rela mengajar dari pagi hingga sore tanpa ada tambahan honor,” katanya. Read More.. Read more!

Berbondong-bondong Menjadi Guru

Dulu profesi guru sangatlah tidak diminati oleh siapapun karena gaji yang diterima sangat minim. Namun kini profesi ini sangat menjadi favorit, khususnya di Kota Batam. Tidak hanya di sekolah negeri tapi banyak masyarakat juga meminati menjadi guru di sekolah swasta. Mau tahu apa yang menjadi magnet profesi yang satu ini?
Kepala Sekolah Hang Nadim Malay School Mahmud mengatakan, sekarang ini sedang terjadi fenomena baru yaitu masyarakat mulai menyenangi profesi guru, yang dulu hanya sedikit sekali orang yang mau menjadi guru dan tidak pula semua orang memandang profesi guru itu mulia. Mungkin hal ini dikarenakan ditinjau dari kemampuan ekonomi dan penghasilan guru dulu berada pada kelompok yang hidupnya pas-pasan.
Bahkan ada guru yang hidupnya di bawah garis kelayakan. Tak heran bila pekerjaan guru hanya diminati oleh segelintir orang. Bahkan beberapa puluh silam, ada beberapa guru yang baru bertugas di pelosok desa hanya tiga hari, kemudian kabur meninggalkan tugas dan tidak pernah kembali lagi.
Namun, sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, profesi guru tidak selalu identik dengan sosok Oemar Bakrie dan sepedanya. Berkat perjuangan para guru menyuarakan tuntutan akan perbaikan nasibnya, baik melalui wadah resmi PGRI maupun melalui jalur tidak resmi seperti media masa, angin segar mulai berhembus, keadaan mulai berubah. Nasib guru baik negeri, honorer, komite dan guru swasta mulai diperhatikan pihak terkait yang dalam hal ini pemerintah.
Dan yang paling diharapkan membawa perubahan positif dan siknifikan bagi perbaikan
Sambungan dari hal 9

kesejahteraan guru adalah diluncurkannya Peraturan Menteri No. 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan melalui proses sertifikasi. Berbagai langkah nyata dilakukan, dalam rangka meningkatkan taraf hidup guru.
Seperti memberikan kenaikan pangkat hingga ke IV/e dengan sistem angka kredit, sehingga memberi peluang bagi guru menikmati kenaikkan pangkat dalam waktu yang relatif singkat yaitu dua tahun sekali, memberikan tunjangan khusus (fungsional) yang tidak diberikan kepada PNS lain, insensif dari daerah provinsi bagi guru SD/MI.
Juga tunjangan khusus bagi guru di daerah terosilir, memberikan tunjangan maslahat berupa bea siswa bagi putra/puteri guru berprestasi, dan tunjangan maslahat lainnya.
Melihat kenyataan di atas profesi guru mulai dilirik banyak orang. Anak-anak muda/pekerja di Mukakuning dan lainnya berbondong-bondong ingin menjadi guru. Contoh kecil saja Hang Nadim Malay School yang berlokasi di Tiban dan tergolong baru ketika membuka lowongan penerimaan guru langsung diserbu ratusan pelamar. Perbandingannya dari 50 pelamar hanya 10 orang yang lulusan universitas kejuruan.Selebihnya didominasi karyawan perusahaan di Mukakuning.
"Ini fenomena baru, mungkin sekolah lain juga sama. Mereka berbondong-bondong, bahkan lamaran tanpa akta IV, yang notabene kendaraan menuju guru," katanya.
Pada umumnya kata Mahmud, alasan pelamar karena sudah ada perhatian pemerintah secara khusus pada guru. Perbedaan gaji karyawan dengan guru swasta jauh berbeda, jam kerja tak terlalu berat. ”Perhatian pemerintah untuk profesi ini juga sudah menyentuh,” kata Mahmud tiru pelamar waktu diseleksi.
Tentu saja eksistensi guru berdampak positif bagi sekolah yang membutuhkannya. Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin juga mengakuinya. Minat orang menjadi guru saat ini jauh lebih tinggi dibanding dulu. Tahun lalu pelamar guru mencapai 5000, sementara yang diterima hanya 325 guru.
Membludaknya pelamar guru, disebabkan kesejahteraan guru sekarang sangat baik. Meski setiap tahun pemerintah menerima guru PNS tetap saja Batam masih kekurangan guru. Kekurangan itu bahkan mencapai sekitar seribu orang.
Hanya saja kekurangan itu tidak bisa ditutupi dan membuka peluang jadi guru jadi sangat terbuka. Namun keterbatasan anggaran, sebabkan pemerintah selalu membatasi setiap penerimaan guru PNS. Tahun 2007, kuota Batam hanya 235 orang.
Pembantu Rektor III Universitas Riau Kepulauan (Unrika) Batam Rahman Hasibuan mengakui sekarang ini profesi guru sudah favorit. Ia mengatakan demikian karena melihat banyaknya mahasiswa yang sedang mengambil program akta IV di universitas itu. Dari tahun 2007 hingga sekarang jumlah mahasiswa yang mengambil akta IV ini mencapai 200 orang.
Bahkan Fakultas Kejuruan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang baru berdiri tiga tahun ini merupakan memiliki mahasiswa terbanyak.
Dari empat jurusan yakni Biologi, Matematika, dan Sejarah, hanya jurusan Bahasa Inggris paling diminati. “Mahasiswanya paling banyak sampai kelasnya kita bagi dua,” katanya. Melihat kenyataan di atas, profesi guru pada saat ini mulai menjadi incaran bagi banyak anak muda di seluruh pelosok desa dan kota. Bahkan diperkirakan ke depan profesi guru akan diminati bagaikan peminat pegawai sebuah Bank. Read More.. Read more!

Kini Guru Sudah Sangat Sejahtera

Nasib guru seperti yang ada dalam lirik lagu Oemar Bakri dari Iwan Fals, yang jauh dari sejahtera kini tak lagi ditemui di Batam dan Kepri pada umumnya. Status mereka sudah terangkat jadi masyarakat sejahtera. Bahkan muncul anekdot, kini guru pegawai negeri di Batam sudah jadi ”Bakrie Brothers”.
Bukan pemandangan yang mengherankan lagi jika guru-guru PNS di Batam punya kendaraan roda empat, seperti yang pernah terlihat dalam sebuah pertemuan di sebuah hotel di Batam belum lama ini.
Penilaian ini juga diamini Ketua Dewan Pendidikan Kota Batam Hardi Hood. Menurutnya kesejahteraan guru PNS di Batam memang sudah cukup bagus. Bahkan tingkat kesejahteraannya sudah mendekati DKI Jakarta. ”Khusus di Indonesia, Batam masih masuk kategori tinggi,” kata Hardi Hood saat berkunjung ke redaksi Batam Pos, Senin lalu.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PGRI Batam Baharudin Has juga mengakui kesejahteraan guru PNS di Batam memang sudah baik. ”Bahkan status itu jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya,” katanya.
Baharudin melanjutkan, peningkatan kesejahteraan merupakan upaya untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) guru. Menurut Baharudin, loyalitas seorang guru tidak diukur dari besaran insentif yang diterima.
Tapi kesejahteraan itu penting, supaya guru bisa maksimal dalam mentransfer setiap ilmu kepada anak didiknya. ”Jangan lagi ia berpikir bagaimana menghidupkan dapur di saat proses belajar mengajar berlangsung di sekolah,” tuturnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin juga membenarkan bahwa guru pegawai negeri di Batam sekarang tidak lagi menderita. Sebab kehidupan mereka sudah sangat sejahtera.
Maklum untuk seorang guru PNS dengan penghasilan bersih sekitar Rp3 juta dan bahkan ada yang lebih sesuai masa kerja dan golongan dinilai sudah memadai. ”Kalau ada guru (PNS) di Batam yang masih mengeluh itu sudah keterlaluan,” kata Muslim Bidin, Kamis (19/6) di Sekupang.
Dirincikan Muslim penerimaan guru PNS untuk tunjangan kondisi kerja golongan IV sebesar Rp1 juta, golongan III sebesar Rp900 ribu, golongan II Rp800 ribu dan golongan I sebesar Rp700 ribu. Sedang tunjangan prestasi kerja untuk golongan IV sebesar Rp1,6 juta, golongan III sebesar Rp1,4 juta, golongan II sebesar Rp1 juta, golongan I sebesar Rp800 ribu.
Jadi, gaji guru jika dilihat berdasarkan golongan dan masa kerja untuk golongan terendah IVa saja sudah menerima Rp3,2 juta lebih, golongan IIIa sebedar Rp2,3 juta, golongan IIa sebesar Rp1,6 juta dan golongan Id dengan masa kerja 16 tahun sudah menerima Rp2,7 juta.
Penerimaan tersebut belum termasuk dana pembinaan tenaga pengajar dan kependidikan PNS dan non PNS dari Provinsi Kepri untuk hinterland dan mainland yang masing-masing. Untuk kepala sekolah di hinterland sebesar Rp500 ribu, guru sebesar Rp400 ribu dan TU/penjaga sekolah sebesar Rp300 ribu. Sementara di mainland Kepala Sekolah sebesar Rp300 ribu, guru sebesar Rp250 ribu, TU/penjaga sekolah sebesar Rp200 ribu dan pengawas dan penilik sekolah Rp750 ribu.
“Gaji ini juga akan terus bertambah karena ada kenaikan berkala dua tahun sekali, juga ditambah tunjangan profesi setiap bulannya satu kali gaji pokok bagi guru yang dinyatakan lulus dalam uji kompetensi (sertifikasi),” beber Muslim.
Jika dibanding dengan daerah lain juga, masih Muslim, pendapatan guru di Batam jauh lebih baik. Insentif guru di Jawa masih ada yang menerima Rp50 ribu sebulan. Jangankan daerah lain, tingginya gaji guru itu, juga menimbulkan kecemburuan bagi guru agama dari departeman agama kota Batam. Bahkan perbedaan itu dinilai kesenjangan luar biasa. ”Sehingga guru agama pun menuntut insentif lebih besar,” katanya.
Melihat besarnya gaji guru sekarang, kata Muslim, guru PNS tidak ada alasan lagi untuk malas-malasan. Guru harus lebih fokus mendidik anak di sekolah. Pemerintah baik Batam maupun Kepri akan terus memperhatikan kesejahteraan guru.

Guru Honorer Masih Beda
Perbedaan penghasilan ini memang sangat jauh berbeda dibanding dengan guru honorer. Sebut saja, Ani seorang guru honorer di sebuah sekolah negeri di Batuaji mengaku hanya menerima tunjangan prestasi Rp500 ribu dari pemerintah kota Batam dan Rp250 ribu dari pemerintah provinsi Kepri. Sementara gaji pokok yang diterima dari sekolah tempat dia mengajar hanya Rp1,1 juta setiap bulan. ”Setiap bulan saya menerima Rp1,85 juta,” ujarnya.
Ia menilai gaji itu masih rendah dibanding yang diterima guru PNS yang notabene memiliki tanggung jawab yang sama; mengajar. ”Sekarang pas-pasan, ingin berbuat lebih di keluarga sulit, apalagi terhadang kenaikan BBM ini,” kata honorer yang sudah tiga tahun mengabdi ini.
Kenaikan gaji setiap tahunnya pun tidak bisa diharapkan. Karena kenaikannya terlalu kecil. Bahkan untuk menutupi ongkos pulang pergi ke sekolah saja, kenaikan gaji tahunan itu tak mampu. Sebagai seorang guru honorer yang berbakti, ia hanya berharap pemerintah bisa mengangkat statusnya sama dengan guru-guru PNS lainnya. Sehingga dengan naiknya status jadi PNS secara otomatis juga akan menaikan gaji.
”Kita sudah bertahun-tahun dinas disini, kita ingin diangkat jadi PNS,” harapnya.
Nasib guru honor komite nasibnya lebih memprihatinkan, ketimbang guru honor daerah. Pasalnya, gaji mereka dari uang komite. Semakin banyak guru komite yang mengajar di sekolah tersebut, maka gaji mereka juga semakin kecil. Sebab, gaji tersebut harus dibagi rata. Uang komite juga sangat ditentukan jumlah siswa. Semakin banyak jumlah siswa, semakin banyak uang komite. ”Kalau sekolah baru, mana mungkin dana komitenya banyak. Uang komite yang sedikit itu yang kita bagi,” ujar Deswita, salah seorang guru honor komite di Lubukbaja.
Setiap bulan ia mengaku hanya menerima gaji Rp860 ribu. Penghasilan lain tunjangan wali kelas Rp50 ribu. Secara berkelakar, ia dan teman-temannya sering bergurau, nasib mereka jauh lebih menyedihkan ketimbang buruh di perusahaan. ”Minimal gaji mereka sama dengan UMK Rp960 ribu,” ujarnya.
Bagaimana dengan insentif dari Pemko? Deswita menyebutkan, insentif baru bisa diurus setelah mengajar lebih dari satu tahun. Persaingannya juga ketat karena dalam satu sekolah bisa beberapa orang mengajukan permohonan dapat insentif. Untuk dapat insentif harus pandai-pandai mengurus ke Dinas Pendidikan Batam. Ia juga iri dengan teman-temannya yang berstatus guru PNS, karena jam mengajar tak jauh berbeda, namun penghasilan sungguh jauh berbeda. ”Tunjangannya saja sama dengan gaji kita,” ujarnya.
Mengenai gaji ini, Muslim juga mengatakan bahwa pemerintah telah membantu melalui bantuan khusus Pemko untuk guru PNS Depag, OB, guru bantu sekolah (GBS), GTT, guru titipan, guru swasta yayasan dan guru komite sekolah. Muslim merincikan bantuan untuk guru PNS Depag di hinterland sebesar Rp750 ribu dan di mainland sebesar Rp650 ribu serta honor Depag sebesar Rp600 ribu. Sementara guru PNS titipan sebesar Rp500 ribu, GBS sebesar Rp550 ribu, GTT sebesar Rp550 ribu, guru swasta di yayasan Rp 400 ribu, guru honor komite Rp500 ribu dan guru di luar rasio Rp200 ribu.
Sementara terkait pengangkatan guru honorer, guru bantu maupun komite jadi PNS kata Muslim Bidin untuk sekarang ini sudah tidak ada. Kesempatan pengangkatan terakhir itu hanya diberikan pemerintah pusat kepada guru honorer daerah (honda) di seluruh Indonesia. ”Batam hanya tinggal 22 orang guru honda yang belum diangkat,” katanya. Untuk mengangkat guru honorer biasa ke honorer daerah pun tidak ada lagi. ”Mengangkat jadi guru honda, guru tidak tetap sudah sulit, makanya mereka harus bersaing setiap tahunnya untuk penerimaan guru PNS,” katanya *** Read More.. Read more!