Menurun, Tapi Berpeluang

Saturday, February 14, 2009

Tren Tanaman Hias di Batam

Peminat tanaman hias belakangan ini menurun. Namun pengusaha tetap bertahan karena peluang bisnis ini ke depan masih terbuka lebar. Karena bisnis tanaman hias ibarat mode, yang setiap saat akan berganti.

Di taman bunga, dari sela-sela daun pohon pelindung, cahaya matahari jatuh ke tubuh Jodi. Rabu (11/2) pagi itu, Jodi sedang merawat salah satu dari ratusan jenis tanaman yang ada di taman bunga bernama Indah Flora, miliknya.

"Tidak tentu tapi cenderung menurun mas," ujar Jodi, menjawab ketika ditanya tentang tren perburuan tanaman hias di Batam.

Penurunan itu terjadi pada jenis tanaman hias di pekarangan maupun dalam rumah. Misalnya untuk jenis Anthurium yang dulunya heboh, sekarang menurun drastis. "Sekarang Anthurium kurang diminati," katanya.

Begitu juga dengan jenis tanaman hias lainnya, seperti Aglonema dan Evorbia. Untuk jenis bunga tersebut kadang dalam sebulan tidak ada pembeli. "Aglonema dan Anthurium melambung tahun 2006-2007. Pertengahan 2008 harganya jatuh luar biasa," kata Jodi.

Pendapat Jodi itu juga dibenarkan Supangat, pemilik Taman Bunga Indah Alam yang berlokasi di Sei Temiang. Ia mengatakan tahun 2006-2007 banyak pengusaha tanaman hias di Batam yang bangkit karena Aglonema
dan Anthurium.

Tapi tak sedikit dari mereka yang bangkrut. Saat harga tinggi mereka membeli stok banyak, tapi saat menjual harga jauh menurun drastis.
"Waktu itu banyak pengusaha yang menangis, karena mereka rugi ratusan juta," ujar Supangat, sembari menyebut beberapa nama pengusaha itu.

Sejak Aglonema dan Anthurium naik, Supangat memang tidak tertarik untuk menjualnya. Ia tetap menjual tanaman hias yang tidak populis. Ia mengakui tren tanaman hias yang ditanam di pot memang ada penurunan. Tapi baginya hal itu tidak jadi masalah.

Sebab Supangat berprinsip bisnis tanaman hias tidak ada matinya. Lagi pula, lanjutnya tak ada yang membeli mereka tetap senang dengan melihat jijau dedaunan. "Jadi bukan lihat uang saja yang hijau," ujarnya berkelakar.

Penurunan penjualan tanaman hias itu menurutnya lumrah. Karena bisnis tanaman hias itu ibarat mode, yang setiap saat berganti. Oleh karena itu, ia tidak pernah khawatir menjalankan bisnis ini. "Yang namanya jual bunga tak ada rugi. Wong duit saja (ditanam) di bank berbunga, apalagi yang ditanam (jual) bunga, pasti berbunga," ujarnya.

Tanaman hias yang sedang terangkat kata Supangat adalah Puring Jengkol dan Lidah Mertua. Harganya berkisar Rp100 ribu-Rp200 ribu dan Rp50 ribu hingga Rp100 ribu bergantung ukuran. Meski Puring dan Lidah Mertua terangkat tapi stok cukup minim.

"Ini cuma satu-satunya, jadi buat koleksi saja," ujar Supangat.

Maman, Gardener Roban Flora Mekar Sari Tiban senada dengan Jodi bawah tren tanaman hias memang turun. Akibatnya mereka mengurangi stok untuk tanaman hias seperti anthurium, aglonema, kamboja, mawar, evorbia, dan adenium.

Untuk Anthurium saja hanya ada lima poliback, itupun yang lama. Begitu juga dengan aglonema. Dalam sebulan belum tentu ada yang laku. "Daripada modal mati, order pun kami hentikan. Sekarang sulit menjual, saingan juga banyak. Di Tiban saja ada 10 Nursery Flora. Padahal disini harga lebih murah loh," ungkapnya.

Turunnya tren berburu tanaman hias membuat omset mereka jadi tidak menentu. Hanya mereka terbantu dengan menjual berbagai kebutuhan taman bunga. Seperti pot bunga, batu alam, batu kali, pupuk organik, dan rak bunga.

Dengan menjual kebutuhan taman ini telah membantu pemasukan disaat penjualan tanaman hias menurun. "Jika penjualan bunga sedang sepi, kebutuhan taman bunga bisa membantu memberi pemasukan," kata mereka.

Dari hasil penjualan tanaman hias yang dibudidayakan dan beberapa kebutuhan taman bunga ini, mereka mengaku omsetnya rata-rata Rp12 juta/bulan atau berkisar Rp300 hingga Rp400 ribu perhari.

"Tahun-tahun sebelumnya kita masih bisa dapat omset diatas itu. Setelah dipotong biaya opersional dan gaji pegawai kita masih bisa bertahan," ujar Surya Effendi, Ass Supervisor Prince's Flora Indonesia Tiban, Jodi, Supangat, dan Maman.

Untuk menambah penghasilan sekarang ini para pengusaha tanaman hias menerima order mendekorasi ruangan dengan tanaman hias yang dimiliki untuk acara resmi yang banyak dilakuakan di gedung. Untuk jasa dekorasi ini, mereka mematok harga beragam.

Sampai saat ini untuk pemasaran, baik Surya, Jodi, Supangat dan Maman mengaku hanya menunggu para pembeli di taman bunga miliknya. Biasanya pembeli datang dan memilih berbagai macam bunga yang mereka budidayakan bersama para pegawainya.


Merambah Landscape


Turunnya penjualan tanaman hias membuat pengusaha harus mencari pemasukan baru. Untuk menutupi biaya operasional, para pengusaha tanaman hias mulai merambah landscape proyek perumahan dan kawasan industri.

Seperti yang dilakukan taman bunga Roban Flora, Indah Flora, dan Indah Alam. "Pembuatan landscape taman di perumahan/real estate dan industri sedang booming," ujar Jodi yang diamini Maman dan Supangat.

Tanaman hias seperti Perdu, Duranta Reven, Spiderlili, Iris dan jenis tanaman hias merambat lainnya memang banyak permintaan untuk kebutuhan landscape.

Misalnya, Taman Bunga Indah Flora harus menyediakan Duranta Reven sebanyak 4000 poliback dan tanaman Iris sebanyak 900 poliback untuk Taman Niaga Sukajadi. "Kita dipercaya untuk mengurus Landscapenya (tamannya)," kata Jodi.


Demam Pirang Bugenia Oleana


Tanaman hias bukanlah tanaman yang hanya ditanam di dalam pot semata. Sebuah tanaman bisa disebut tanaman hias jika disesuaikan dengan tempatnya.

Contohnya Dadak Merah bisa dikatakan tanaman hias jika diperuntukkan pada landscape perumahan. "Begitu juga pohon palm untuk gedung-gedung yang tinggi," ujarnya.

Termasuk juga seperti pohon pelindung jenis Bugenia Oleana yang paling favorit sekarang ini. Pohon produksi Kepri ini cocok untuk outdor. Baik pekarangan rumah ataupun perumahan. Karena selain pelindung, pohon ini bisa dibentuk sesuai keinginan pemiliknya.

Di Batam, pohon mirip cengkeh ini sudah banyak ditemui di perumahan maupun pinggir jalan. Salah satunya di lokasi Simpang Jam Batam. Karena permintaan untuk Bugenia Oleana tinggi angka penjulannya juga lumayan bagus.

Roban Flora saja setia hari bisa menjual minimal 50 poliback hingga 100 poliback. Saking larisnya, Maman menyetok ribuan poliback. Maman yakin stoknya itu akan terjual. Sebab peminatnya banyak. Mulai masyarakat, pemerintahan, hingga perusahaan.

"Bahkan penjual bunga juga membeli dari kita," katanya.

Ternyata pemilik taman bunga yang lain, Supangat dan Jodi juga menyetok Bugenia Oleana sampai ribuan poliback. Menurut mereka, selain pohon pelindung yang bisa dibentuk, harga yang relatif murah menjadikannya laris.

Untuk mendapatkan Bugenia Oleana berkualitas baik, menurut dia, harus ditanam melalui proses pembibitan. Dengan pembibitan pohonnya akan lurus dan terlihat segar. Untuk harganya berkisar Rp20 ribu-Rp25 ribu.

Harga ini disesuaikan dengan ukuran dan umur pohon tersebut. Jenis cangkokan memang lebih murah berkisar Rp15 ribu per poliback. "Hanya kualitasnya kurang bagus, pohonnya cepat bercabang dari bawah jadi tidak kelihatan indah," katanya.

Peminat Bugenia Oleana ternyata tidak dari Batam saja. Kebanyakan orang dari pulau-pulau di Kepri dan Jakarta mulai deman Oleana. Meskipun banyak pohon pelindung yang bagus, seperti pohon Kaya asal Singapura. "Namun Oleana yang lebih dicari orang," katanya.

Jika di tiga tempat itu Bugenia Oleana laris manis, berbeda di Princes Flora di Tiban. Untuk jenis tanaman yang satu ini, mereka punya stok banyak. "Tapi disini Oleana kurang laku, bulan ini tidak ada yang beli Oleana," ujar Surya, Ass Supervisor Prince's Flora.

Menurut Surya, tanaman hias yang paling laris di nursery flora tersebut adalah bogenvile ganda. Hampir setiap hari ada pembeli. "Penjualan kita lebih banyak bogenvile ganda. Kalau aglonema, kamboja, anthurium, dan evorbia hanya orang tertentu, itupun dalam satu bulan itu jarang," paparnya.

Sedangkan harga bunga bogenvile bergantung dari kelasnya. Untuk kelas bogenvile lokal harganya berkisar Rp10.000 hingga Rp15 ribu. Sedangkan kelas impor (bogenvile ganda) bergantung pada ukurannya.

Misalnya untuk ukuran tinggi 30-40 cm harganya berkisar Rp70 ribu-Rp 80 ribu. Ukuran 1 meter berkisar Rp250 ribu hingga Rp350 ribu. Sedangkan ukuran 1,2 meter mencapai Rp750 ribu -Rp1,5 juta. "Hampir setiap hari pasti ada membeli bogenvile ganda," ujarnya.*** Read More.. Read more!

Jodoh Boulevard dan Tos 3000 Sementara Aman

Situasi Pasar Kaki Lima Tanjung Pantun, Rabu (20/11) lalu, tidak seperti biasanya. Tidak terlihat preman dan pengamen yang biasa nongkrong di tempat yang lokasinya berdekatan dengan Jodoh Boulevard itu. Yang ada tukang ojek, pedagang dan beberapa pembeli.

Sehingga pembeli pun lebih leluasa berjalan tanpa ada gangguan. “Sejak razia preman yang biasa nongkrong dan minum miras hingga mabuk-mabukan di Jodoh Boulevard itu sudah tidak ada lagi,” ujar Pak Ed, pedagang kaca mata dan topi di kaki lima daerah itu, Rabu (19/11) lalu.

Selama berdagang di sana, dia mengaku tidak ada pungutan liar dari preman. Kecuali dia hanya membayar retribusi kebersihan sebesar Rp1.000. “Saya tidak tahu, duitnya masuk ke Pemda atau bukan, bagi saya yang penting tempat saya bersih,” tambahnya.
Menurut Pak Ed, seringnya Jodoh Boulevard dijadikan sebagai ajang tempat berkumpul untuk mabuk-mabukan membuat para pembeli menjadi takut datang berbelanja. Selain itu aksi pencopetan juga sering meresahkan para calon pembeli di sana.

Beberapa kali dia mendapati seorang pelaku kejahatan yang berpura-pura sebagai pembeli. Kemudian dia mengikuti pembeli dari belakang dan saat pembeli lalai dia mencopet dompet korban. Bahkan dia pernah tertipu dengan penampilan rapi seorang pencopet di sana.

Melihat pencopet melakukan aksinya, dia langsung menegur untuk tidak melakukannya di wilayah kiosnya. Meski tidak ada unsur pemaksaan tapi keberadaan mereka cukup meresahkan. “Rasa aman pelanggan juga menjadi tanggung jawab saya,” katanya. Berdasarkan pengalamannya selama 10 tahun berdagang di seputaran Jodoh, dia menyebutkan salah satu tindak kejahatan yang sering kali terjadi, yakni pencopetan.

Pengusaha Bus Bimbar, Sugito juga membenarkan aksi kejahatan pencopetan itu juga sering terjadi di Bus. Dengan adanya pemberantasan preman ini dapat meningkatkan kepuasan pelanggan atau penumpang terhadap pelayanan jasa transportasi. “Pungli tidak ada, tapi aksi pencopetan membuat penumpang resah,” katanya. Dia juga berharap pemerintah dapat mengatasi masalah ini dengan memberikan mereka pelatihan ketrampilan di BLK.

Selain di Jodoh, kata Dodi (27) kawasan Tos 3000 adalah daerah rawan preman. Preman sering memalaki para pedagang kaki lima di sana. ”Ya, biasa minta Rp5.000, seadanyalah buat makan mereka,” kata Dodi yang juga pedagang martabak di sana. Ia berharap polisi terus melakukan razia preman di daerah itu, agar pengunjung merasa aman dan tentram kalau datang berbelanja.


Jangan Asal Tangkap


Di tengah pemberantasan itu, beberapa anak punk menyayangkan pengamen yang melakukan tindak kekerasan. “Kejadian seperti itu sangat kita sayangkan karena pengamen bukan pelaku kejahatan,” ujar Jefri (24), anak punk yang juga pengamen di kawasan Batam Centre ini.

Renold (16) pengamen yang terjaring razia di kawasan Panbil Mall, Kamis lalu mengatakan pengamen juga tidak menginginkan hidup di jalan. Tapi keterpaksaan ekonomilah yang membuat mereka bertahan.

Dia bersama teman-temannya tak jarang dikejar polisi dan sat pol PP. “Tapi jangan asal main tangkap dong, pengamen kan bukan penjahat,” ujarnya. Jika pekerjaan mereka dianggap telah meresahkan masyarakat, pemerintah harus mampu memberi solusi pemecahan masalahnya.

Ditemui di Poltabes Barelang, Mengerti (22) yang juga terjaring razia mengaku kecewa dengan pihak kepolisian yang asal main tangkap. Saat di razia warga ruli Simpang Dam Mukakuning ini mengaku sedang main-main di kawasan Panbil Mall. Dia baru pulang kerja sebagai buruh bangunan di kawasan itu. Dia ditangkap karena tidak memiliki identitas dan mengaku bukan preman. “Kalau sudah begini apa solusinya, apa pemerintah membuatkan KTP untuk saya. Jadi tidak hanya menangkap saja,” katanya.

Terkait hal ini I Thanos mengatakan pihaknya akan memberikan masukan terkait banyaknya warga di Batam yang belum memiliki identitas ini kepada Pemda setempat. “Kita akan memberi masukan tentang hal ini pada Pemko,” katanya. *** Read More.. Read more!

Kapolda Warning Debt Collector

KAPOLDA Kepri Brigjen Indradi Thanos menegaskan tak hanya pemalak di jalanan, preman berdasi, serta pemalak berkedok organisasi masyarakat (ormas), oknum yang suka memeras, dan orang yang membekingi serta debt collector akan dilibas dan menjadi target beri­kut­nya. I Thanos mengatakan, debt collector adalah salah satu bentuk premanisme yang paling dikeluhkan masyarakat Batam.

Ormas atau kepemudaaan maupun kesukuan yang mengkordinir penagihan hutang. Beberapa oknum ormas yang disinyalir sering melakukan pungutan-pungutan dengan imbalan jaminan keamanan juga namanya preman. ''Kami peringatkan agar para debt collector jangan menggunakan cara-cara teror maupun kekerasan dalam menjalankan tugasnya. Kalau masyarakat menemukan debt collector seperti itu, silakan laporkan ke kita,” tukas jenderal bintang satu ini.

Menanggapi pernyataan Kapolda Kepri ini, sejumlah koperasi simpan pinjam yang ditemui mengaku merasa tidak nyaman. Sebelum di mulainya operasi razia preman, pihak koperasi juga sudah mulai merasa tidak nyaman karena, polisi sudah sering merazia oknum biro penagihan hutang (debt collector). Ditambah lagi penegasan debt collector masuk kategori meresahkan masyarakat. Jelas hal ini membuat bagian penagihan dan pengelola koperasi simpan pinjam di Batam ketar-ketir.

Kalau hanya menunggu nasabah di depan rumah saja tidak masuk akan dijadikan dasar meresahkan masyarakat. Lantas bagaimana nasabah yang bandel dan mencoba menghindar dari pelunasan hutangnya. ”Apakah kami tidak bisa menunggu nasabah di rumah,” Sn (29), kordinator debt collector sebuah koperasi simpan pinjam di daerah Batuaji.

Yang dia sesalkan adalah sorotan negatif terhadap debt collector yang digelutinya selama ini. Menurut Sn, bisnis itu sama sekali tak merugikan siapa pun, karena antara nasabah dengan koperasi saling membutuhkan. Polisi juga harusnya melihat masa depan bisnis ini, karena juga mempekerjakan banyak orang. "Sudah bertahun-tahun kami berbisnis. Mengapa baru dipermasalahkan sekarang," keluhnya.

Lagipula tidak semua koperasi simpan pinjam di Batam me­lakukan tindak kekerasan pada nasabahnya. Paling tidak jika pasien menunggak terlalu lama, hanya mengambil beberapa peralatan rumah tangga nasabah sebagai jaminan. ”Itupun melalui persetujuan nasabah juga, jadi bukan dengan cara kekerasan,” ujarnya.

Sebelum gencarnya operasi razia preman, pihak debt collector saja sudah kewalahan menagih hutang nasabahnya. “Anggota saya sering di razia polisi, masih untung bisa damai di lapangan,” akunya. Memang diakui Sn, beberapa penagih hutang dari koperasi simpan pinjam juga sering berlaku kasar pada nasabahnya.

Artinya, dalam hal ini polisi tidak bisa menyama ratakan semua debt collector semua koperasi simpan pinjam. Jekson warga Sagulung mantan debt collector di sebuah koperasi simpan pinjam mengaku saat mereka menagih hutang kepada nasabah mereka sering menggunakan cara-cara premanisme. Apalagi terhadap para nasabah yang terkenal sering telat membayar cicilan hutangnya.

“Kalau bawa orang sangar gitu, nasabah biasanya cepat-cepat melunaskan hutangnya,” ujarnya.

Lain cara lain pula penghasilannya. Begitulah kata Nasir seorang pengusaha kapal yang nota benenya sering menggunakan cara-cara premanisme saat menagih hutang. Menurut Nasir pengusaha-pengusaha kapal di Jakarta lebih sering menggunakan jasa preman menagih pembayaran transaksi kapal yang macet.

Sebagian pengusaha membayar mereka secara bulanan dan atau mendapat persenan setiap ada order menagih hutang. Nasir mengaku menggunakan jasa preman ini untuk menagih hutang yang sulit tertagih. Karena jasa yang digunakan adalah pentolan preman maka upahnya juga berbeda. Bahkan Nasir pernah melepaskan setengah nilai tagihan (piutang) yang bernilai ratusan juta untuk debt collector jika berhasil menagih hutang rekanan bisnisnya yang nakal.

“Saya berprinsip daripada tidak tertagih sama sekali, lebih baik dapat setengahnya,” aku pengusaha yang berkantor di Batuampar ini. Di Jakarta, jika pembayaran transaksi bisnisnya bermasalah Nasir lebih sering menggunakan jasa-jasa debt collector untuk menagihnya. “Bahkan pentolan preman Jakarta pernah saya pakai menagih hutang. Di Batam hal ini sudah ada namun tidak sekontras di Jakarta,” kata warga Batam Centre ini. *** Read More.. Read more!

Kejar Preman Sampai ke Lubang Semut

Genderang ”perang” terhadap aksi premanisme telah ditabuh jajaran kepolisian. Polisi menyebutkan operasi ini dilakukan karena preman yang biasa melakukan kejahatan di jalanan sudah meresahkan. Ratusan yang ditangkap, segelintir yang dikirim ke penjara.

Hembusan angin seiring turunnya gerimis di lapangan upacara Poltabes Barelang, membuat kulit merasakan dingin hingga menusuk tulang. Kamis (20/11) lalu, belasan pria hasil tang­kapan razia preman di kawasan Panbil Mall sedang dijejer berdiri di pelataran parkir kantor polisi itu.

Di sudut lapangan, seorang pria berinisial Mi (24) dengan tato di leher bagian belakang itu sedang serius diinterogasi jajaran unit Reskrim, karena dicurigai sebagai pelaku kejahatan curanmor. Pria yang mengaku calo liar ini diamankan dengan barang bukti satu unit sepeda motor merek suzuki smash dengan nomer plat, BP 6359 DK.

Setelah mencatat nama, mengambil sidik jari dan foto, para preman ini selanjutnya mereka digiring ke dalam sel. Lebih lanjut mereka akan dimintai keterangan. Bagi yang terbukti me­lakukan tindak kriminal, terpaksa ditahan dan yang tidak terbukti akan dipulangkan.
Meski tidak berhasil merazia pelaku kejahatan di kantong rawan preman secara maksimal, namun Kapolda Kepri Brigjen Indradi Thanos membantah setiap razia yang mereka gelar sering bocor.

Thanos menegaskan untuk mendukung operasi perang melawan preman ini, kepolisian menyediakan saluran telepon khusus. Seperti razia di kampung Aceh pihaknya manyelidik saat subuh.

“Jadi nggak mungkin bocor, lagi pula kalau ada polisi yang membekingi preman langsung kita tindak,” tegasnya I Thanos usai pertemuan dengan Menpan di Turi Beach, Kamis (21/11).

Di wilayah hukum Poltabes Barelang, dari 2 hingga 19 November 2008 sebanyak 136 preman terjaring. Dari jumlah itu, baru satu orang terpaksa ditahan lantaran terbukti melakukan tindak kejahatan.

”Dia (DPO) pelaku jambret dan pencurian, kasusnya akan dilanjutkan. Memang masih sedikit tapi hasilnya bagus,” kata I Thanos bangga.

Menurutnya ada tiga wilayah yang masuk kategori rawan di kota industri ini, yaitu Lubukbaja, Batuampar dan Batuaji. Sejumlah barang bukti, seperti minuman keras merek Vodka, sebuah pisau, dua buah STNK, SIM, dan obeng diamakan dari tangan preman.
Sebetulnya operasi pemberantasan preman bukan hal baru.

Kapotabes Barelang Kombes Slamet Riyanto pada 27 Agustus 2007 pernah memerintahkan jajarannya untuk memburu preman selama satu bulan. Sebanyak 127 personil diturunkan dengan beberapa mobil Dalmas lengkap dengan spanduk bertuliskan pemburu preman. Alhasil puluhan preman dan minuman keras berhasil diamankan saat itu. Namun berselang beberapa bulan kemudian, preman-preman ini turun lagi ke jalan.

Sesuai perintah Kapolri, kata I Thanos, operasi pemberangusan preman ini akan terus berlangsung. Operasi akan digelar siang malam di berbagai titik rawan kejahatan, antara lain di jalan umum, pusat perbelanjaan, pertokoan, tempat hiburan dan lainnya. Setiap anggota yang berada di bawah jajarannya akan terus disiagakan, menangkap, dan mencegah aksi premanisme supaya tidak kembali terjadi.

Sampai kapan? ”Tolok ukurnya, sampai masyarakat benar-benar merasa aman dan sampai tingkat keamanan meningkat signifikan,” ujar jenderal polisi berbintang satu tersebut. Meski lebih banyak yang dilepas ketimbang di proses, polisi tetap optimis dapat menggulung kejahatan jalanan. ”Hanya sampai ke titik nol itu tidak mungkin,” akunya.

Pardamean (29), warga Sagulung sangat mendukung polisi memberantas preman, dan me­nurutnya operasi itu juga shock theraphy yang bagus menyingkirkan preman yang sering dikeluhkan oleh masyarakat. Namun menurutnya, hal yang sulit dilakukan polisi adalah mempertahankan konsistensi kebijakan itu.

Masyarakat ma­sih merasa pesimis terhadap operasi preman karena di nilainya hanya program sesaat pimpinan polisi yang baru.
Ia menilai sering kali, penegakan hukum dilakukan hanya sesaat pada momen tertentu. Sehingga setelah operasi selesai, para preman yang saat ini sedang tiarap akan timbul kembali. Memberantas preman jangan hanya berani dengan preman kelas teri di jalanan.

“Jika benar ingin memberantas preman harus konsisten seperti memberantas judi,” tambahnya.

Artinya, polisi harus berani menangkap para pentolan preman. Selama ada pentolan pasti preman jalanan akan berulah.

“Baru-baru ini saya baca di koran, mobil warga dibobol di parkiran SP Plaza. Padahal ini sedang gencarnya razia,” katanya.

Menanggapi sinisnya ma­syarakat membuat telinga Kapolda panas. Apalagi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) meminta polisi tidak main tangkap saja. Untuk itu kata I Thanos, polisi akan pertajam razia dan me­nangkap preman yang benar-benar merugikan masyarakat saja. Ia juga meminta ma­syarakat harus mendukung polisi secara penuh.

”Kita harus optimis dan akan kejar (pentolan preman) sampai lobang semut pun,” tegasnya.

Untuk mendukung kebijakan polisi memberantas preman di Batam, polisi membuka layanan call centre sampai tingkat polsek. Pihaknya sedang menjalin kerjasama dengan Telkom. Menurutnya di setiap telepon umum bisa langsung mengaksesnya secara gratis. Dalam waktu dekan ini akan bisa dioperasikan.

“Merasa resah, masyarakat dapat menghubungi nomor 0778 110,” tutur I Thanos. *** Read More.. Read more!

Sopir dan Masyarakat Masih Suka Instan

PEMERINTAH mengatakan tidak bermanfaatnya halte di beberapa lokasi karena disebabkan sopir dan masyarakatnya kurang sadar dan tidak peduli. Meskipun ada hal di dekatnya namun masyarakat tidak mau menggunakannya.

"Masyarakat sampai saat ini masih suka yang instan. Dimana mereka berdiri maunya bisa langsung naik ke angkot," tutur Kepala Seksi Lalu Lintas dan Perparkiran, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Batam Agus Sulaiman, Jumat lalu.

Ia juga mengatakan kadang penumpang tidak menyadari kalau menyetop angkutan di mulut simpang. Para sopir juga menghentikan angkutannya di sembarang tempat. Hal ini juga biang
salah satu penyebab kemacetan. "Halte baru dimanfaatkan kalau turun hujan saja," katanya.

Mengenai seringnya terjadi kemacetan dishub juga akan terus melakukan penyuluhan kepada sopir-sopir angkutan untuk bisa menaikkan dan menurunkan penumpang di halte yang telah disediakan. Penyuluhan ini akan dilakukan di terminal-terminal ataupun langsung di lapangan.

Menurut Agus, meski jumlah halte tercatat sekitar 100 unit lebih. Namun fasilitas umum ini untuk kota Batam masih kurang. Soalnya pertumbuhan pemukiman masyarakat di Batam cukup pesat.
"Kita belum tahu seberapa banyak, karena belum melakukan survei," katanya.

Tapi yang jelas, meski Batam membutuhkan halte lagi, pihaknya tidak bisa memenuhi tahun ini. Bahkan di tahun 2009 juga hal itu belum juga bisa terwujud. Karena pembangunan halte itu tidak ada masuk dalam mata anggaran pada APBD tahun 2009.

Maka dari itu Dishub fokus pada pemanfaatan halte yang ada dengan melakukan pemeliharaan. "Tapi ke depan bisa dan kita juga sudah rancang halte yang standar," jelas Agus.

Campur tangan pihak ketiga, dalam hal ini sponsor dalam pengelolaan halte memang sangat diharapkan. Selain bisa membantu pemerintah mengirit biaya dari sisi pemeliharaan, disamping fasilitas umum juga bisa terlihat lebih bagus.

Halte diperbagus karena dipakai untuk media iklan. Seperti yang terlihat di halte sepanjang jalan raya depan Nagoya Plaza Hotel dan Simpang Jam.

"Beberapa halte memang butuh perbaikan fisik, dan kita sudah memberikan pemerliharaan itu, baik itu lepas dari sponsor, karena sudah ada anggaran untuk itu," katanya.

Menurut Agus setiap halte hanya mendapat dana pemeliharaan sebesar Rp 1 juta per bulan. Dana itulah meliputi pembersihan lokasi, perbaikan, penggantian, hingga pengecatan. Meski dana itu terbilang kecil, namun pemeliharaan toh juga tidak bisa dilakukan pada semua halte.

Karena setiap tahun kata Agus, Dishub mendapat jatah pemeliharaan hanya 40 halte. Sebanyak 20 halte untuk bus bus pilot project (BPP) dan 20 lagi untuk halte umum. "Perbaikan dilakukan secara bertahap," tutur Agus.

Untuk pembangunan satu halte lum sum kata Agus, membutuhkan Rp30 juta hingga Rp40 juta. Itu sifatnya masih minimalis dan belum standar seperti halte BPP. Untuk kategori standar butuh biaya Rp90 juta seperti halte busway di Jakarta. Tapi karena keterbatasan dana, jadi halte di desain yang bisa bermanfaat saja.

Melibatkan pihak ketiga untuk membangun juga tidak mudah. Karena kalau pun ada yang mau tentu, akan meminta di titik yang strategis seperti di Nagoya. "Tapi tidak mungkin bangun halte banyak di sana," tukasnya.

Halte-halte yang beralih fungsi jadi tempat jualan dan pangkalan ojek dibenarkan Agus dan katanya akan sangat mengganggu. Hanya pihaknya tidak bisa berbuat banyak, kecuali menegur. "Penertiban adalah kewenangan Satpol PP," ujarnya.

Begitu juga soal penerangan. Beberapa halte yang terang baru yang terikat kontrak dengan pihak ketiga saja. "Penerangan penting demi keamanan dan kenyamanan calon penumpang. Tapi dana tidak ada, jadi mau dibilang apa," katanya.

Soal penataan dan pembangunan halte lanjut Agus, ke depan pihaknya akan membuat pit stop, sehingga saat angkutan berhenti tidak di badan jalan. Beberapa halte sudah di desain seperti itu seperti di Sekupang dan Batam Centre. Halte-halte yang lama juga akan di desain sama nantinya. *** Read More.. Read more!

Campur Tangan Pihak Ketiga Penting

Ketua Organda Batam Mulawarman berpendapat, adanya halte memudahkan pengguna angkutan umum untuk menunggu angkot. Sayang, jumlah halte di Batam masih sangat kurang. Beberapa daerah memang membutuhkan halte. Terutama pada daerah pengembangan pemukiman baru seperti daerah Batuaji dan Batam Centre.

Menurut Mulawarman halte di Batam terutama di daerah ini masih jauh dari cukup. Contohnya, di beberapa tempat yang dilalui angkutan umum, hanya satu halte yang dibangun. Tentu saja hal ini mendukung perilaku masyarakat atau sopir angkutan yang bisa menaikkan maupun menurunkan penumpang di sembarang tempat.

Contohnya di Sudirman dari Simpang Jam ke Simpang Kabil, di tempat tersebut terdapat banyak angkutan kota tapi hanya satu haltenya. "Akibatnya banyak yang menunggu angkot di sembarang tempat," tukasnya.

Mulawarman berharap pemerintah kota melalui dishub bisa segera mencatat halte-halte yang membutuhkan perbaikan atau yang perlu dibangun. Seandainya, pemko tidak memiliki dana,
maka solusi lain adalah melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.

Kompensasi yang didapat pihak ketiga mungkin bisa dengan memasang reklame di halte yang mereka bangun tersebut. "Untuk sebuah halte sederhana tidak terlalu mahal, mungkin sekitar Rp 10 juta sudah bisa membangun halte kecil," tuturnya.

Selain kurang dari sisi jumlah, kondisi fisik halte yang ada sekarang juga kurang representatif serta letaknya kurang strategis. Soal letak halte kurangan strategis, Mulawarman tidak sepenuhnya menyalahkan pemerintah.

Ia mengatakan pertumbuhan pembangunan Kota Batam sangat tidak diduga-duga. Sehingga menyebabkan halte yang dibangun dulu tata letaknya sudah strategis menjadi tidak strategis.

Contohnya, halte di Sekupang dekat Shangrilla. "Mungkin dulu tempat itu yang paling tepat, tapi akibat pengembangan perumahan menyebabkan letak halte itu menjadi tidak tepat," katanya.

Mulawarman mengatakan halte-halte yang ada di Batam ke depan akan ditinjau ulang kembali. Pemerintah akan membangun dan memperbaiki menjadi lebih representatif. Baik dari segi tata letaknya maupun kenyamanan calon penumpang saat menunggu. "Informasi ini saya terima dari pihak Dinas Perhubungan bahwa tahun 2010 sudah terealisasi," ungkapnya.

Ia berharap ke depannya setiap halte memiliki jalur lambat. Sehingga sopir tidak menghentikan angkutannya di sembarang tempat. Dan kemacetan seperti di halte depan Nagoya Hill dapat teratasi.

Organda juga telah meminta koperasi angkutan memberi pemahaman kepada para pengemudinya agar menurunkan dan menaikkan penumpang di halte. "Pemerintah diharapkan juga bisa pelatihan dan penyuluhan penyadaran sopir dan masyarakat," harapnya.

Mulawarman juga memiimpikan setiap halte yang dibangun nanti bisa berjarak beberapa ratus meter di pinggir jalan raya, dan di tempat strategis. Jadi orang tak perlu malas jalan jauh lagi ke halte untuk mencegah kendaraan umum.

Kasatlantas Poltabes Barelang, Kompol Andri menambahkan kemacetan di beberapa titik halte selalu mereka sisir. Terutama titik-titik tertentu seperti, halte-halte di pusat-pusat perbelanjaan. Karena biasanya lokasi itu menjadi tempat penumpukan angkutan yang menurunkan dan mencari penumpangnya.

Menurutnya, pihaknya tidak akan pernah melarang sopir angkutan untuk mencari penumpang dengan cara memarkirkan di halte-halte, sepanjang tidak mengganggu arus lalu lintas. Tetapi jika sudah mengganggu arus lalu lintas Satlantas akan langsung menertibkannya.

"Sepanjang dia tidak mengganggu lalu lintas, kita tidak pernah melarang supir angkutan untuk mencari penumpang," katanya belum lama ini.

Terkait taksi-taksi yang ada di halte yang mengganggu akses bus way, sebaiknya penambahan halte di titik-titik tertentu seperti dikawasan Panbil dan lainnya harus dilakukan, untuk memudahkan akses masyarakat.

Dia juga menjelaskan perkembangan penduduk di Batam sangat laju. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan jumlah angkutan meningkat. Untuk itu jumlah haltenya juga harus ditambah. "Tapi penambahan halte bukanlah wewenang kami," ujarnya. *** Read More.. Read more!

Sudah Tidak Nyaman, Jumlahnya Juga Kurang

Keberadaan halte di Batam belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Terbukti, banyak tempat pemberhentian angkutan kota tersebut tak terurus.

Rabu (10/12) lalu cuaca di Nagoya cukup membuat tubuh berpeluh keringat. Teriknya matahari membuat para calon penumpang berlomba berteduh di halte yang berada di depan Nagoya Hill. Halte tersebut terlihat kecil dibanding banyaknya calon penumpang saat itu.

Belasan kendaraan antre di depan halte mencari penumpang. Para sopir memarkirkan kendaraan sesuka hatinya. Akibatnya, arus lalu lintas di mulut pintu keluar dan masuk mall tersebut menjadi macet.

Sesekali petugas lalu lintas datang mengatur dan meminta para sopir meninggalkan halte. Arus lalu lintas pun lancar. Tapi kemacetan kembali terjadi ketika sang petugas pergi. Antara polisi lalu lintas dan sopir seperti main petak umpet. Hal yang sama juga terjadi di halte Mukakuning.

Meski masih banyak yang tidak teratur, namun keberadaan halte ternyata masih dibutuhkan oleh masyarakat dan pengguna angkutan umum. Seperti diungkapkan Purwanto, warga perumahan Cendana.

Menurut tokoh masyarakat ini halte amat penting bagi orang dan anak-anak sekolah yang setiap harinya naik bus. Apalagi di jalan Abulyatama atau jalan Sudirman banyak dilalui angkutan umum.
Sayangnya, di dua pintu gerbang keluar perumahan menuju jalan besar itu ini tidak ada satu pun halte.

"Kasihan anak-anak, kalau ada halte, nyegat bus-nya kan tak kepanasan atau kehujanan lagi," ungkapnya.

Setiap hari, aku Purwanto, ratusan anak sekolah mulai SD sampai SMA memanfaatkan dua jalan ini untuk berangkat ke sekolah. Jumlah ini bertambah, dengan orang tua yang berangkat kerja.
Seharusnya pemerintah memikirkan pembangunan halte di lokasi itu. "Minimal halte seperti yang ada di Legenda Malaka," harapnya.

Selain dari sisi jumlah halte di Batam masih kurang, dari sisi kenyaman juga masih kurang representatif. Azwar (27) calon penumpang saat ditemui di halte Nagoya Hill mengaku sangat bingung melihat kemacetan di hal tersebut. Ia mengatakan seharusnya kemacetan itu tidak terjadi.

Sebab menurutnya halte bukan tempat angkutan umum untuk berhenti. Halte tempat menaikkan dan menurunkan penumpang saja. "Di Malaysia halte benar dimanfaatkan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Satu angkot paling lama berhenti di halte satu, dua menit saja. Disini mau sampai 15 menit," tutur warga Aviari Plaza ini.

Pedagang seken di Aviari ini mengaku geleng-geleng kepala plus malu ketika melihat perilaku warga Malaysia. Selain halte-haltenya sangat bagus dan nyaman, aliran bus kota juga sangat cepat. Pengantre penumpang di depan naik duluan, disusul di belakangnya, dan seterusnya.

Bus-bus kota juga nyaman, wangi, sejuk, dan keluaran baru. Tidak ada orang yang mencegat bus kota di luar halte. "Kalaupun ada biasanya orang Indonesia yang biasa ngawur dijamin bus tidak akan berhenti," kenang pria asal Tanjungpinang ini terkekeh.

Bila dibandingkan, halte di Batam masih ketinggalan. Selain pada fisik halte, kondisinya juga kotor, rusak, banyak coretan, penuh tempelan promosi. Beberapa halte dimanfaatkan pedagang kaki lima (PKL), sebagai tempat tidur gelandangan dan pangkalan ojek. "Perilaku calo dan kernek kadang tidak sopan bikin tidak nyaman, di Malaysia kernek pun tak ada," katanya.

Dari pengamatan Batam Pos, beberapa halte kondisinya memang memprihatinkan. Selain atapnya rusak, beberapa diantaranya dijadikan tempat mangkal pedagang dan pengojek. Beberapa halte dibangun dengan kios untuk pedagang. Seperti kios di halte depan Nagoya Hill yang digunakan salah satu produk GSM.

Kios berdiameter satu meter persegi digunakan menjual produknya. Kini kios itu tampak berdebu. Lampunya masih terus menyala, menandakan kios itu lama tidak diperhatikan. "Dulu kios ini tempat jualan pulsa. Tapi sekarang sudah ditinggal," tutur Sukni pedagang rokok keliling Jumat lalu di halte itu.

Menurut warga Jodoh ini halte-halte di Batam banyak tidak terurus. Salah satunya halte di depan Top 100 Jodoh. Atap halte yang rusak ditabrak trailer sampai sekarang dibiarkan begitu saja tanpa atap. Ini adalah bukti tidak adanya perhatian serius dari pemerintah maupun swasta. "Sudah hampir satu bulan halte ini begini," ujar Indrawan pengojek yang mangkal di halte tersebut.

Meski tidak memiliki atap Indrawan bersama teman-temannya tetap memilih mangkal disana. Indrawan mengaku halte tersebut memang sering dimanfaatkan oleh angkot untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Karena itu, tidak adanya atap halte itu sangat mengganggu kenyamanan calon penumpang.

"Apalagi saat turun hujan bikin repot," aku Indrawan yang mengaku keberadaan mereka disana tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas.

Beberapa PKL di halte yang ditemui mengaku telah mendapat izin berjualan meski tidak secara resmi. Hanya saja, setiap pedagang diwajibkan menjaga kebersihan lokasi halte. "Soal kebersihan saya sendiri yang ngurus," ujar Cik Ani (50) yang mengaku sudah 3 tahun berjualan di halte depan BRI Nagoya.

Namun kenyataan pedagang jarang memperhatikan kebersihan. Puntung rokok dan bungkus minuman bertebaran dimana-mana. Akibatnya fasilitas umum tersebut terlihat kotor. Namun Cik Ani membantah mereka tidak membersihkannya. Ia mengaku selalu membersihkan sampah dagangannya.

"Disini adalah sumber penghasilan saya. Tidak mungkin saya tidak menjaganya," ujarnya. Saat berjualan dia memang tidak dilarang, sepanjang jualannya sedikit. "Kalau jualan banyak-banyak langsung dimarah. Kalau dikit-dikit tak apa," kata Cik Ani.

Meski begitu, ada juga halte yang kondisinya nyaman dan terawat. Seperti yang terlihat di simpang jam menuju Batam Centre. Banyak calon penumpang yang menunggu bus disini karena halte bersih dan tak digunakan mangkal PKL. *** Read More.. Read more!

Pemerintah Beri Perhatian Khusus

DALAM menangani anak terlantar pemerintah tak luput memberikan perhatian. Beberapa waktu lalu Wakil Wali Kota Batam Ria Saptarika memberikan kemudahan dalam pengurusan akte kelahiran bagi anak-anak yang diterlantarkan orangtuanya setelah dilahirkan.

Ria menegaskan akan memberikan akta kelahiran gratis secara cuma-cuma terkait bayi yang ditelantarkan ibunya. Seperti penemuan bayi berjenis kelamin laki-laki seperti yang ditemukan tergeletak di bak lori di parkiran komplek ruko Fanindo Blok Q Batuaji, bulan Agustus lalu. Syaratnya yang menemukan bayi tersebut membawa surat berita acara (BAP) dari pihak kepolisian.

Wawako juga mengharapkan dalam pemberian akte kelahiran nantinya harus dicantumkan siapa nama orang tuanya.

Karena tidak mungkin dikosongkan tanpa menyertakan nama orang tua. ”Setidaknya nama orang tua angkat,” katanya.

Pasalnya hal ini akan menyangkut tentang jati diri seorang anak di kemudian hari. “Terlebih anak perempuan yang membutuhkan seorang wali nikah,” tutur Ria.

Sebelumnya, jumlah anak terlantar yang terdata pada Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (YPAB) Batam sepanjang tahun 1986 hingga Agustus 2008 yaitu sebanyak 52 anak. Sementara kurang lebih 600 anak berada di 30 panti asuhan yang tercatat di Dinsos Kota Batam.

Ria juga meminta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendata dengan baik anak-anak terlantar, lalu mengeluarkan akte kelahiran mereka. ”Saya akan berusaha memfasilitasi,” paparnya.

Masih Terjadi Eksploitasi Anak Cacat

Batam harusnya sudah ada berdiri rumah perlindungan untuk anak-anak yang cacat. Sebab anak cacat yang ditinggal ibunya sejak lahir banyak ditemukan di rumah sakit-rumah sakit. Selain itu tidak dipungkiri di kalangan keluarga masyarakat dipastikan banyak anak cacat.

Meski Surti tidak memiliki data yang akurat, tapi ia memprediksi jumlah anak cacat di Batam cukup banyak. Namun yang menjadi poin penting adalah mereka butuh rumah perlindungan.

“Sebab mereka juga punya hak untuk perawatan dan pendidikan,” katanya.

Ia juga mengatakan kehadiran anak cacat bagi sebagian keluarga juga kadang menjadi beban. Untuk itulah rumah perlindungan untuk orang cacat seperti yang ada di Jakarta dan di kota-kota lainnya ini dibutuhkan di Batam.

Dengan adanya rumah perlindungan anak cacat yang berada dibawah struktur Dinas Sosial ini ke depan diharapakan tidak ada lagi terjadi eksploitasi anak cacat. Seperti yang terjadi di beberapa titik lampu merah di Kota Batam.

“Saya pernah melihat anak cacat di eksploitasi untuk meminta-minta di lampu merah. Ini cukup memprihatinkan. Seharusnya ini menjadi perhatian pemerintah,” katanya. Padahal menurut Surti anak cacat bisa di rehabilitasi.

Karena secara otomatis setiap anak cacat yang diedukasi untuk mandiri tentu orangtua tidak akan keberatan. “Setidaknya dengan rehabilitasi di rumah perlindungan, dengan harapan anak yang cacat bisa mengurus diri sendiri,” harapnya. *** Read More.. Read more!

Puluhan Bayi Selamat dari Trafiking

TERBENTUKNYA Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (YPAB) yang berlokasi di Sekupang tidak lebih dari rasa prihatin dengan banyaknya kasus trafiking atau penjualan bayi. Baik itu dalam negeri maupun ke negeri tetangga seperti Singpura dan Malaysia. Dilatar belakangi maraknya trafiking terhadap bayi, tahun 1995 berdirilah sebuah lembaga khusus yakni YPAB.

“Tujuannya membantu anak yang terlantar sekaligus mengurus proses adopsi secara resmi,” ujar Hazanah, Staff YPAB Jumat (5/11) di Sekupang.

Sekretaris di Bidang Sosial Kordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial KKKS, Sekupang mengatakan bahwa YPAB baru satu-satunya yayasan se Sumatera yang mendapat izin dari menteri sosial untuk proses adopsi anak secara resmi, selain di Jakarta.

Sejak berdiri animo masyarakat Batam untuk mengadopsi anak cukup tinggi. Dari tahun 1996 hingga saat ini YPAB sudah melindungi masa depan sebanyak 52 anak yang terlantar dan cacat. Sebagian besar dari mereka diadopsi. Terakhir adalah Anya Desianti, bocah berusia satu tahun.


“Kami sangat bangga karena puluhan bayi telah selamat dari segala kemungkinan terjadinya trafiking,” katanya.

Hazanah mengatakan peminat adopsi anak di Batam cukup tinggi bahkan ada dari luar negeri. Hanya saja proses adopsi untuk proses adopsi oleh orang luar harus mengurus di Jakarta. “Adopsi anak yang di Batam baru untuk sesama warga Indonesia,” katanya.
Menurut Hazanah tidak semua bayi yang di TPA diadopsi. Sebagian dari mereka dikirim ke yayasan yang sama di Bandung. Pada umumnya bayi yang memiliki kelainan dikirim ke Yayasan Sayap Bunda di Jakarta. Peralatan medis disana lebih lengkap.

“Sehingga perawatan dan pendidikan juga lebih itensif,” ujarnya.

Hazanah juga menyoroti adopsi yang tidak benar seperti dengan cara langsung mengubah nama bayi setelah melahirkan ke nama orangtua angkat. Biasanya ini terjadi di ruang praktik-praktik bidan.

Menurut Hazanah, tindakan tersebuh jelas melanggar undang-undang (UU) tentang perlindungan anak. Karena telah menghilangkan identitas aslinya. Dalam UU itu ditegaskan setiap anak terlantar berhak mengetahui identitas aslinya.

Juga wajib diberitahu setelah melihat kesiapan anak atau biasanya saat usia 18 tahun. Namun ini yang masyarakat banyak tidak tahu. Karena pada dasarnya masyarakat tidak ingin repot dengan segala urusan surat-surat meskipun mengurusnya tidak sulit.

Terkait biaya adopsi, Hazanah dan Tiurma Kepala Ruang Anak RSOB mengaku tidak bisa menentukan biayanya. Mereka hanya meminta orangtua angkat mengganti biaya proses persalinan dan perawatan bayi. Setiap penanganan persalinan dan perawatan satu bayi berbeda. “Ya kita hanya meminta mengganti biaya persalinan dan perawatannya saja,” ujar mereka.

Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Dinsos Kota Batam, Nurhasni Trosna pernah mengatakan untuk mengadopsi anak harus disertai rekomendasi Dinsos. Hal itu juga dibenarkan Hazanah dan Tiurma. “Yang memenuhi persyaratan yang dikabulkan,” katanya.
Adapun syaratnya, minimal menikah lima tahun dan belum memiliki keturunan serta dibenarkan melalui surat keterangan dokter, surat izin kedua belah pihak mertua dan lain sebagainya.

Pastinya seagama dan mampu membiayai kebutuhan hidup anak yang akan diadopsi. Kemudian surat rekomendasi tersebut dipergunakan untuk proses selanjutnya di pengadilan.

“Pengadilan yang menentukan layak atau tidak,” tuturnya.
Sementara itu, jika yang akan mengadopsi adalah warga negara asing, maka surat keterangan rekomendasi adopsi anak, tidak lagi dikeluarkan Dinsos. “Melainkan Departemen Sosial,” tukasnya.

Pihak Dinsos maupun YPAB akan melakukan kunjungan ke rumah orangtua angkat sebanyak dua kali. Tujuannya untuk melihat cocok tidaknya anak dengan orangtua angkat. “Kita ketat dalam hal ini, karena kita juga tidak ingin terjadi masalah dengan anak itu,” ujarnya. *** Read More.. Read more!

Menanti Identitas Demi Jati Diri

Bayi-bayi Terlantar di Batam

Setiap hari ratusan bayi diahirkan di Batam. Namun tidak semua dari mereka yang bernasib baik. Sebagian kecil kehadiran mereka tidak diinginkan oleh ibunya sehingga dengan sengaja ditinggal dan bahkan dibuang begitu saja.

Jumat (5/12) pagi lalu, ruangan Flamboyan Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) hening. Tidak ada tangis bayi terdengar dari ruang perawatan bayi tersebut. Padahal sedikitnya ada sepuluh bayi yang baru lahir dirawat di ruangan sejuk tersebut. Bayi-bayi mungil tersebut sedang terlelap tidur.

Begitu juga dengan bayi bernama nyonya Yuli, 6 bulan yang ditinggal ibunya entah kemana, pasca melahirkan di RSOB. Bayi itu lahir prematur dulu. Kondisinya sekarang justru tidak seperti bayi yang lahir prematur. Sungguh disayangkan tindakan ibunya meninggalkan bayi itu begitu saja.

Menurut Tiurma, bayi tersebut diserahkan kepada pihak rumah sakit tertulis secara sah dan berlampirkan materai. “Orangtuanya memang yang tidak menginginkan bayinya,” ujar Tiurma Napitupulu, Kepala Ruangan Bayi RSOB.

Jenis kelamin bayi itu adalah laki-laki. Kadang perawat-perawat di sana memplesetkan Yulianto. Nama itu sejalan dengan nama ibunya bernama Yuli. ”Nama itu hanya plesetan saja, nanti berganti juga setelah ada orangtua angkatnya,” ujar Tiurma.
Yulianto adalah salah satu bayi dari sekian banyak bayi yang ditelantarkan orangtuanya di RSOB.

Tiurma mengatakan pada umumnya bayi yang ditelantarkan oleh orangtuanya karena tidak mau menanggung malu. Karena bayi yang dilahirkan bukanlah hasil dari hubungan suami istri yang sah.

Begitu juga dengan dua bayi perempuan yang sebelumnya ditelantarkan oleh orangtuanya di rumah sakit itu. Ibunya pergi tanpa sepengetahuan pihak rumah sakit. Akhirnya, dua bayi mungil tersebut sempat dirawat oleh pihak rumah sakit sampai akhirnya ada yang adopsi.

”Di Batam ini apa yang tidak dibuat. Biasanya bayi-bayi yang ditelantarkan adalah hasil hubungan suami istri yang tidak sah. Daripada malu akhirnya main tinggal saja dan kita yang menanggung biayanya,” ungkapnya.

Tahun 2008 saja kata Tiurma, ada tiga kasus. Dua sudah bayi perempuan atas nama nyonya Erni dan nyonya Susi telah diadopsi. Kejadiannya ditinggal pergi setelah dilahirkan. Alamat tinggal ibu nya juga sengaja dipalsukan saat mendaftar pasien di RSOB. “Orantuanya sengaja memang meninggalkan mereka,” ujarnya.

Setiap bayi yang ditinggal dipastikan akan dirawat mereka. “Daripada bayi-bayi itu dibunuh ibunya, lebih baik kami rawat, menunggu dapat orangtua angkatnya. Kita hanya ingin agar kedepan anak-anak telantar ini hidupnya terjamin,” aku Tiurma.
Berkat perawatan yang serba memadai, kini Yulianto, yang lahir prematur sudah menjadi seorang bayi yang sehat. Maklum perhatian dan rasa sayang perawat-perawat membuat Yulianto memiliki ibu kandung sendiri.

“Kita sayang dengan dia. Perawat sering belikan dia baju, pampers juga bawa jalan dan ajak dia komunikasi. Jadi walaupun dia anak terlantar dia selalu kita perhatikan,” ujarnya.

Bayi-bayi yang bernasib sama juga ada di rumah penitipan yayasan pengasuh anak bunda (YPAB). Seperti Base Paryani 6 bulan dan Ibrahim (2). Base menyandang anak terlantar karena ibunya meninggal setelah melahirkannya. Sedangkan Ibrahim sengaja ditinggal ibunya dengan cara dititipkan pada tetangga.

Kini dua bocah itu dirawat di Tempat Penitipan Anak (TPA) di belakang Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK). “Lokasinya kita pilih di RSBK untuk memudahkan anak mendapat perawatan medis,” ujar Surti, Pendamping Anak dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) sekaligus Kabag Umum RSBK.

Anak-anak terlantar ini selalu mendapat perawatan dan fasilitas yang baik. Namun bukan fasilitas memadai yang mereka diharapkan. Melainkan menurut Tiurma dan Surti yang mereka butuhkan tidak lebih dari sebuah kejelasan identitas untuk sebuah jati diri mereka kelak.

Pentingnya identitas itu mereka membuat YPAB dan RSOB mencari orangtua angkat. Namun tidak semudah dibayangkan. Karena semua tergantung kepada orang yang ingin mengadopsi. Kadang seorang bayi harus menunggu satu-dua tahun demi sebuah identitas. ”Ini memang penantian yang paling penting bagi anak terlantar,” kata mereka. *** Read More.. Read more!

Armada Primadona yang Jadi Besi Tua

Di awal tahun 2000-an, bus damri merupakan armada transportasi paling favorit di Batam. Ia jadi primadona, karena tarifnya paling murah pada zaman itu. Pelanggan setianya tidak lain warga yang berkantong pas-pasan terumata pencari kerja. Sayangnya, transportasi penolong rakyat susah itu kini tinggal kenangan. Seperti apakah kondisi Damri itu kini?

Jarum jam tepat menunjukkan pukul 10.00 WIB, namun suasana kantor Perum Damri Kota Batam di Jalan Kolonel Sugiono, Batuaji masih sepi. Beberapa aktivitas terlihat di dalam kantor. Sedang sebagian lagi sibuk bekerja di bengkel Damri dekat kantor tersebut. Beberapa unit mobil bus pilot project (BPP) milik pemko Batam sedang direparasi disana.

Di depan bengkel, sederetan mobil Damri terlihat teronggok. Sebagian dari mobil itu empat bannya sudah tak ada lagi. Dua pintu bus terlepas dari tempatnya. Kursi-kursinya penuh debu. Kacanya juga kusam. Begitu juga dengan catnya, sudah terkelupas tergerus waktu. Idealnya bus itu lebih tepat disebut bangkai bus.

Bus-bus itu memang tidak terawat lagi sejak pelayanan perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) ini terhenti beroperasi akhir 2007 lalu. Damri bangkrut dan hilang dari peredaran. Kehilangan Damri ini membuat masyarakat Batam benar-benar kehilangan. Warga Batuaji merupakan masyarakat yang paling kehilangan, terutama yang pengangguran.

Apalagi saat itu krisis moneter sedang melanda Indonesia. Ada dua macam bus yang melayani saat itu. bus ber AC dan non AC. Bus non AC tarifnya Rp500, seperti jurusan Jodoh-Nongsa. Sedangkan yang ber AC saat itu, ongkosnya hanya Rp1000, seperti yang melayani rute Batuaji-Batumerah, melewati Jodoh serta rute Jodoh-Marina. Damri saat itu memperkenalkan rute metode baru (RMB).

Untuk yang ber AC, bus Damri di Batam, kala itu tak mengenal adanya kondektur. Dua pintu masuk bus berfungsi otomatis. Penumpang naik dari pintu depan, keluar dari pintu belakang.

Saat masuk, penumpang tinggal memasukkan ongkosnya ke kotak pembayaran di samping
supir. Belakangan metode ini tidak efektif karena banyak penumpang yang tak bayar ongkosnya.

Kecurangan penumpang ini juga disebut faktor penyebab keuangan Damri bocor hingga megakibatkan pendapatan Damri jadi tidak maksimal. Padahal dulu, Damri sangat favorit.
Dari pagi hingga malam, Damri adalah transportasi paling ditunggu-tunggu. Penumpang
tetap saja naik walaupun tidak dapat tempat duduk.

"Saya masih ingat ongkos saya ke Nagoya cukup Rp2 ribu saja," kenang Rio warga Aviari Batuaji, yang kini jadi pelaut itu. Dengan ongkos yang murah tersebut lanjutnya, membuat penggangguran saat itu lebih leluasa bergerak mencari pekerjaan kemana saja.

Rudi Fernando, warga Batuaji ini menambahkan agar tidak ketinggalan bus Damri, saat berangkat bekerja ke wilayah Lubukbaja, Nagoya ia harus bangun lebih cepat setiap pagi. Sebab trayek pertama Damri untuk pagi sekitar pukul 06.00 WIB.

"Kita sudah harus berdiri menunggunya dipinggir jalan. Telat satu menit saja, kita sudah kebagian yang berdiri sampai tujuan. Apalagi kalau ketinggalan, rugi rasanya," ujar Rudi mengenang.

Warga Batuaji bahkan punya sebutan untuk transportasi yang satu ini. Mereka menyebutnya mobil Rombongan Manusia Bokek (RMB). Kehadiran Damri saat itu memang membantu masyarakyat. Sayangnya, Damri tak bertahan lama. Ongkos yang murah membuat mereka tak mampu mengganti onderdil mobil yang rusak. Hingga akhirnya satu persatu angkutan Damri mengalami rusak parah.

Hal itupun menyebabkan Damri tidak bisa beroperasi lancar. Karena mencari onderdil mobil merek mercedes ini sulit di Batam. Biasanya harus pesan ke Jakarta atau Singapura. Pesanan pun tiba di Batam satu hingga dua minggu, bahkan ada sampai satu bulan. Diperparah pusat saat itu juga tak mensubsidi, sebab mengalami krisis keuangan.

Damri semakin tak kuasa, apalagi ditambah banyaknya mobil angkutan milik swasta yang hadir bagaikan jamur tumbuh di musim hujan. Semua line dikuasai angkutan swasta dan Damri pun terjepit. Perlahan penumpang pun memilih angkutan swasta yang ada setiap saat.

Hal itu didukung jumlah armada Damri sedikit. Usia angkutan Damri yang semakin tua membuat boros BBM. Mereka tak kuat membiayai operasionalnya. Pendapatan menurun, biaya operasional naik membuat atu persatu trayek Damri ditutup.

Dari deretan bus-bus Damri yang teronggok itu, rata-rata beroperasi di era 90-an. Seperti bus dengan BM 7195 HU, ada tulisan 09.03 di bawah nomor polisinya. Artinya, bus itu melayani Batam lima tahun sebelumnya atau tahun 1998. Tahun 1998 hingga tahun 2003, Damri sempat jadi primadona angkutan massal dan murah di Batam.

Hal itu memang dibenarkan Kepala Unit Perum, Damri Mitra Sukita. Ia mengatakan dari 47 unit bus yang dioperasikan sekarang tinggal tiga unit. Dua unit milik Otorita Batam dan 1 unit milik Damri. Selebihnya sudah di lelang. Namun ada kabar baik kata Mitra bahwa pusat akan mengirimkanlima unit bus Damri yang baru untuk dioperasikan kembali di Batam. Hanya saja ukuran busnya tidak sebesar bus dulu.

"Lima unit bus Damri itu ukuran sedang dan akan datang dalam waktu dekat ini," ujar Mitra Sukita asal Bandung ini. Menurutnya prospek bus Damri ke depan masih bagus dan kehadiran lima unit bus Damri ini nantinya juga tidak akan berbenturan dengan bus BPP milik Pemko. "Kita itu mengangkut langganan, jadi punya langganan penumpang masing-masing, jadi prosfek Damri tetap bagus," ujarnya optimis. *** Read More.. Read more!

Berawal dari Ngejam Bareng

PETA perkembangan musik nasional hingga memasuki awal tahun 2009 ini, makin semarak dengan munculnya band-band baru, terutama band daerah atau lokal. Band daerah yang lantas sukses di pentas musik nasional, ternyata juga membawa angin segar bagi grup band lokal di Batam.

Di Batam, mulai bermunculan band-band baru yang mulai serius menekuni musik. Band-band yang umumnya berpersonel anak-anak muda ini mulai memiliki orientasi untuk bisa ikut menembus Jakarta dan memiliki tekad membentuk band tak sekadar untuk mainkan musik belaka.

Mereka serius menciptakan karya dan menyodorkan demo ke radio swasta untuk diudarakan. Red Cover Band misalnya. Ada yang menarik disimak dari perjalanan grup band muda ini mencari eksistensi dalam bermusik. Seperti apa sejarah terbentuknya kelompok band ini dan bagaimana latar belakang para personelnya grup musik asal Batam ini, di rubrik baru Batam Pos ini akan mengupas secara lengkap.

Sekitar tiga tahun yang lalu, Lutfi, Supriyanto, Welly, Anugrah, Rivan, Billy dan Reza hanyalah teman nongkrong baik di sekitar rumah dan teman bermain musik di studio. Meski sering nongkrong, mereka bukanlah tergabung dalam satu grup musik. Masing-masing ke tujuh anak-anak tersebut memiliki band masing-masing.

Belakangan mereka pun mengejar mimpinya masing-masing. Sebagian besar personel band mereka pada melanjutkan sekolah ke luar Batam. Akibatnya band-band yang sebelumnya sudah banyak meraih prestasi itu bercerai berai. Di saat teman-teman mereka melanjutkan ke luar kota, Lutfi justru memilih menetap dan mengambil kuliah di Batam.
”Rasanya lebih nyaman kuliah disini,” kata Lutfi Mahasiswa Poltek Batam sembari menyebut Angga juga satu kuliah dengannya.

Sementara Anto memilih kuliah di Ibnu Sina, Billy di Umrah sedangkan Rivan dan Welly memilih di Putra Batam. Rumah yang masih dalam satu kawasan di Seiharapan Sekupang membuat mereka sering ketemu.
Karena sudah saling tahu hobi masing-masing, mereka pun iseng-iseng ngejam di sebuah studio di Batam Centre. ”Ternyata kita langsung cocok,” ungkapnya.

Sejak itu mereka pun membentuk grup band bernama Red Cover pada 26 Juni 2006 dengan formasi Upy (Lutfi Muhammad Fajar) mantan Zigzag Band sebagai keyboardis dan Korea (Rivan Kurniawan) mantan personel Bugs Bunny memainkan gitar. Sedangkan Keonk (Supriyanto) yang juga memainkan gitar, Jibenk (Welly Nofrill) memegang bass, Khacank (Anugrah Prasetya) pada vocal dan Reza yang menggebuk drum adalah mantan Coconut Ice Band.

Mereka pun mengambil nama Red Cover spontan. Kata itu sendiri memiliki arti selalu berani tampil di depan. Dua minggu setelah Red Cover lahir, band ini langsung mulai menciptakan lagu. Karena masing-masing personel suka dengan lagu Kerispatih, Gigi dan Samson, akhirnya pilihan jatuh pada alternatif pop rock sebagai aliran musik mereka. Mereka juga menilai pasaran musik pop rock di blantika musik Indonesia terus stabil.

Tiga bulan berjalan dan lagu yang mereka ciptakan baru satu Reza keluar karena ingin melanjutkan sekolah di luar Batam. Posisi drumer pun langsung digantikan Billy Mamentz (Bil Muwafah Dwi Putra). Mereka pun menciptakan lagu-lagu terbaik mereka. Sampai suatu hari mereka nekad merekam lagu-lagu yang mereka ciptakan.

”Kita patungan dari uang jajan, akhirnya terkumpul sejumlah uang dan kami rekam musik ciptaan kami di CD. Awalnya kita rekaman di Tanjungpinang. Kita merekam dua lagu di sana, selebihnya di Batam,” papar Lutfi juru bicara sekaligus penggagas nama band ini.

Dari awal memang sudah disepakati Red Cover harus jadi indie band. Karena itu mereka gencar menciptakan lagu agar bisa tampil di ajang festival indie. Seperti Asian Beat, Kepri, Minded Indie Community 2007, Amild Live Wanted Pekanbaru 2008, Amild Live Wanted Batam 2008 dan The Spirit of Indie at Megamall Batam Center 2008.

Berkat potensi dan keahlian personil band yang bermarkas di Seiharapan Sekupang ini sudah menciptakan enam lagu ciptaan sendiri. Masing-masing Indonesian Tonight, Aku Milikmu, Cintai Aku Juga, SKS (Satu Kesempatan Saja), Akhirnya dan Tak Selalu Sempurna.

Alhasil, lagu berjudul Indonesian Tonight ciptaan Lutfi yang bergenre rock progresif berhasil masuk final di Asian Beat, Kepri. Kemudian lagu yang cukup melow berjudul Tak Selalu Sempurna ciptaan Billy juga mengantarkan Red Cover juara tiga di Amild Wanted Batam 2008. ”Kita juga sedang menggarap dua lagu untuk festival Amild Wanted Batam 3,” ujar Lutfi saat berbincang di pojok Bistro Goddiva Mega Mall Batam Centre.

Kesuksesan band ini memang membuahkan hasil dengan kerap tampil sebagai bintang tamu di festival-festival band, pub-pub dan beberapa acara besar lainnya di Batam. Tak sedikit materi yang mereka dapatkan dari penampilan itu. ”Honornya habis buat kebutuhan Red Cover juga,” katanya.

Band ini juga punya pengalaman tampil live dan talk show di radio-radio swasta di Batam dan Tanjungpinang. Stasiun radio yang pernah menampilkan mereka adalah Bigs FM, Sheila FM, Zoo FM, Key FM, Gress FM, Samba FM, Batam FM, Aljabar FM, dan Iguana FM.

”Kita juga dipercaya menjadi band pembuka untuk konser grup band terkenal seperti ST12, Garasi Band, Audy, Mickey dan Tia (AFI). Itu adalah hari yang paling membanggakan bagi Red Cover,” kata Lutfi.

Di penghujung wawancara mereka hanya berharap lagu-lagu ciptaan Red Cover nantinya dapat diterima masyarakat dan mewarnai musik nasional. ”Kita ingin mendapat fee back dari usaha kita itu,” kata Anto. Bahkan agar musik mereka bisa didengar sampai Jakarta, para mahasiswa tehnik informatika di berbagai perguruan tinggi di Batam ini membuat website http://redcoverband.com.

”Menembus Jakarta memang sulit. Jalan mudah satu-satunya agar musik kita didengar disana, melalui jaringan internet seperti website, youtube, blog, friendster dan lainnya. Karena jelajahnya lebih luas,” katanya. ***


Gara-gara Billy Teringat Sang Kekasih

Lagu-lagu hebat, ada kalanya diilhami oleh pengalaman penciptanya. Hal ini juga dialami oleh personel Red Cover.

INSPIRASI yang menghasilkan sebuah karya dapat muncul kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun. Setidaknya ini terbukti pada personil grup band Red Cover, datangnya inspirasi membuat personel band ini terjaga sepanjang malam.

Billy drumer Red Cover pada Lutfi mengaku jadi susah tidur lantaran lagu-lagu yang digubahnya membuatnya tak bisa memejamkan mata di waktu tidur. Lirik-lirik datang bertubi-tubi di kepalanya disaat-saat ia mencoba untuk tidur. Dan begitu gagasan itu datang, ia buru-buru menuliskannya.

Apalagi lirik-lirik lagu tersebut sebagian besar merupakan pengalaman pribadinya. Contohnya pada lagu berjudul Tak Selalu Sempurna. Billy, lanjut Lutfi menuangkan seluruh isi hati dan pikirannya saat menuliskan lirik lagu itu. ”Lagu itu muncul saat mengingat kekasihnya yang tak bisa bersama lagi,” kata Lutfi.

Lirik, bagi mereka, tidak sekedar kata yang kemudian dinyanyikan, tetapi juga mengandung makna. Simak saja penggalan lagu Tak Selalu Sempurna ini: Lelah hatiku selalu merasa, membuat hatimu selalu terluka, meski ku coba membuatmu bahagia, tapi itu tak mudah kulakukan, maafkan semua cara yang pernah kuberikan kepadamu, itu kesalahan ku.

Lagu ini sebenarnya mengarah pada kisah percintaan sepasang kekasih yang kandas. Lirik ini mengambarkan manusia itu selalu merasa ada yang kurang dan ingin lebih dalam hidupnya. Sehingga manusia terkadang merana karena cintanya tak sesuai seperti yang dimau lalu membiarkan waktu untuk menjawabnya. ”Disini kami menganalogikan kalau manusia itu tidaklah selalu sempurna,” katanya.

Melalui konsep inilah lagu ini menjadi berkesan bagi Billy dan kawan-kawan. Tak ayal lagu ini pun dijadikan hits mereka pada beberapa iven lomba. Bahkan Billy pada lagu baru yang sedang dalam penggarapan berjudul Kepergiaanmu merupakan kisah lanjutan Tak Selalu Sempurna. Penulisan lirik disini Billy menceritakan wanita yang dicintainya itu akhirnya meninggal dunia. ”Itu kisah nyata Billy,” ungkap Lutfi yang diamini Anto.

Lagu yang diciptakan grup band bermotto Selalu Berani Untuk Tampil di Depan ini pada umumnya hasil pengalaman percintaan masing-masing personel. Termasuk lagu Aku Milikmu yang diciptakan Lutfi merupakan kisahnya dengan sang pacar. Inilah sebaitlirik lagu ini:

kuhempaskan namamu di penghujung,
agar kau mengerti kau masih milikmu,
ku hembuskan nafasku kiringi langkahmu,
agar kau pun tahu aku tetap miikmu,


Menurut pandangan Lutfi lagu bernuansa romastisme dan percintaan masih masih laris dan tetap diterima pasar. Karena itu, lagu hasil gubahan mereka tidak jauh dari tema itu. Nah, paling mudah untuk mendapatkan lirik itu awalnya adalah pengalaman pribadi. Lagu-lagu lain yang diciptakan personel lain juga tidak jauh dari hasil pengalaman pribadi mereka.

Dari enam lagu yang diciptakan hanya satu lagu yang tidak bernuansa romantis. Lagu tersebut adalah Indonesian Tonigth. Menurut Lutfi tempo lagu ini cepat dan musiknya rock progresif karena full distorsi. Lagu ini papar Lutfi menceritakan kebanggaannya menjadi orang Indonesia. ”Inspirasinya datang saat mandi,” ujar Lutfi sembari mengaku menciptakan lagu itu dua hari saja. *** Read More.. Read more!