Berharap Guru Belajar ”Pedagogik”

Saturday, June 28, 2008

Pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat mengarahkan masa depan bangsa baik atau buruk, ditentukan oleh pendidikan kita saat ini. Jika pendidikan saat ini sudah teroptimalkan dan dimanfaatkan fungsinya secara baik maka kemajuan dan masa depan bangsa yang cerah, bukan lagi hanya sekedar impian belaka. Lantas, bagaimana dengan pendidikan Batam, bisakah memajukan daerah industri ini?
Reno, mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Batam mengatakan, hal itu masih sangat sulit dicapai. Sebab pria berkaca mata yang juga guru honor di sebuah sekolah dasar ini mengaku masih kesulitan menguasai sikap anak di kelas saja kesulitan, karena tidak ada belajar tentang psikologi anak.
”Kita dari non kejuruanjadi tak ada belajar psikologi, ini yang bikin sulit, saya hanya belajar sendiri setiap ada seminar tentang psikologi,” ungkapnya dalam sebuah forum.
Sekarang ini akibat tak belajar psikologi tadi, soul guru dalam membangun jiwa anak berkurang. Tidak seperti dulu, setiap guru mampu membangun jiwa anak sejak kecil sehingga setelah besar langsung bisa menentukan cita-citanya. ”Dulu, guru sudah tahu mengarahkan jiwa anak begitu tahu cita-cita muridnya, tidak seperti sekarang mengambang,” tambah Andreas mahasiswa lainnya.
Kembali ke Reno, guru honor sekarang juga semakin materialistis. Sebab setiap ada kelas tambahan di sekolahnya, beberapa honorer selalu mengukur dengan materi. ”Ada honor atau tidak, selalu bertanya begitu,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin tak memungkiri minimnya guru mengerti pedagogik. Hal itu disebabkan banyak guru dari lulus dari perguruan tinggi non kejuruan. Padahal seorang guru harus faham pedagogik yakni cara mengajar dan menguasai tentang psikologi anak, remaja dan dewasa.
Minimnya penguasaan pedagogik ini, memang disebabkan perubahan sistem pendidikan dengan penghapusan Sekolah Pendidikan Guru dan Perguruan Tinggi IKIP berubah jadi Universitas yang belajar tentang hal ini tak maksimal oleh pemerintah pusat. Sehingga lulusan guru pun berkurang.
Sementara kebutuhan guru di bangsa ini cukup tinggi akibatnya sekolah swasta maupun negeri harus merekrut guru non pendidikan. Belakang untuk memenuhi persyaratan akta IV bagi setiap calon guru pun kuliah karbitan. ”Daripada tak ada akar, rotan pun jadi,” katanya.
Muslim pun menyarankan bagi yang terlanjur guru tapi dari non IKIP supaya rajin belajar tentang pedagogik, pengembangan anak, remaja dan dewasa dari buku. ”Sebab kualitas pendidikan itu harus diawali menguasai pedagogik. Pendidikan Malaysia maju karena masih pertahankan pedagogik,” katanya.
Selain upaya itu Disdik Batam mulai memulai melakukan seleksi kepala sekolah tahun ini. Beberapa calon kepala sekolah sedang dikirim ke VEDC Malang, Medan dan Bogor menerima pelatihan. ”Tidak ada lagi titip-titip,” katanya.
Terkait guru yang semakin materialistis, Muslim mengaku memahami kendala honorer maupun honor komite yang gajinya belum berimbang dengan guru PNS. ”Kita tidak menapikan itu tapi keterbatasan dan ketentuan diatur oleh pemerintah yang menetapkan tak ada pengangkatan,” katanya. Ironisnya dari 7.003 guru di Batam hanya 1.703 PNS, selebihnya 5.300 adalah non PNS yang disinyalir semuanya belum menguasai pedagogik.
Muslim juga meminta setiap guru berusaha meningkatkan kualitasnya dan masyarakat memberikan apresiasi agar guru tidak bersikap apatis dalam mengajar. Pemerintah juga akan terus memperhatikan nasib guru dan tidak metutup mata dengan semua persoalan ini.
”Karena tanpa guru anak kita juga tak ada apa-apa, jadi mari kita menghargai mereka, sebab mereka sudah rela mengajar dari pagi hingga sore tanpa ada tambahan honor,” katanya.