Masuk Ekstrakurikuler Sekolah

Thursday, August 14, 2008

Pengda Bridge Kepri juga mulai memasukkan bridge menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah untuk regenerasi pemain dari Batam. SD Negeri 01 Batam Kota salah satunya yang menerapkan bridge sebagai ekstrakurikuler. Sampai sekarang sudah ada 12 sekolah di Batam dan satu Universitas. ”Minat paling tinggi adalah dari SD,” ujar Sekretaris Pengcab Bridge Batam M Agus.
Program Bridge Masuk Sekolah (BMS) awalnya diluncurkan PB Gabsi September 2003. Namun program ini belum berjalan mulus. Sebab ada beberapa hal yang perlu diluruskan tentang bridge di mata guru, orangtua murid dan siswanya sendiri.
Artinya, bridge itu masih dianggap tabu. ”Beberapa murid masih ada dimarah orangtuanya, karena anaknya dikirain main judi saat pulang (latihan) bawa kartu remi,” ujar Agus.
Orangtua murid memang belum semua mengerti apa itu bridge. Ini menjadi tugas Pengcab Bridge Batam. ”Kita akan terus mensosialisasikan program ini ke sekolah-sekolah, guru serta orang tua murid," ujarnya. Bidikan pertama kata Agus, memassalkan bridge di sekolah-sekolah, termasuk ke perguruan tinggi (PT).
”Kita inginnya guru olahraga yang belajar duluan. Pelatihan sudah berjalan dua tahun lalu, tapi tak jalan, masih tergantung terus ke kita, di samping itu ada distorsi pemahaman terhadap cara bermain bridge,” katanya.
Perlahan tapi pasti sampai saat ini kata Tevi, Sekretaris Pengda Bridge Kepri, sudah ada 60 pengajar bridge di Kepri. Jika 1 guru menularkan ilmunya ke 100 murid, berarti muncul 6.000 bibit baru pecinta Bridge. ”Kedepan, Kepri bisa menjadi lumbung pemain bridge terbesar,” tuturnya.
Meski pemain handal belum banyak, namun pada Olimpiade Nasional beberapa waktu lalu, tim putri Fortina-Rozalia dari Karimun (Kepri) berhasil masuk 6 besar se-Indonesia . Sedang ditingkat umum Kepri berhasil meraih juara II di Kejuaraan Bridge Gabrial-UI.
Wakil Ketua Pengcab Bridge Batam Miftahudin menambahkan bridge sangat bermanfaat dalam pola pembentukan berpikir. Dan bagi siswa diharapkan bridge dapat meningkatkan kecerdasan, dan lebih mudah memahami pelajaran di sekolah dan sistematik.
Sama halnya bridge (jembatan) dalam konstruksi, yang berfungsi sebagai penghubung dua tempat, bridge sebagai olahraga juga memiliki fungsi sebagai ”jembatan” yang mengantar 2 kepribadian yang berbeda menuju sebuah pemahaman yang sama (sistemik). Hal tersebut sesungguhnya akan tercapai bila ada kelapangan jiwa (EQ) dibarengi dengan pengetahuan IQ yang memadai.
Sehingga diketahui manfaat bermain bridge, diantaranya melatih kecerdasan emosional (EQ), melatih ketrampilan berpikir, dan mengambil keputusan dengan tepat dan cepat (IQ). Juga mengembangkan kepekaan sosial dan menumbuhkan motivasi untuk berprestasi berdasarkan nilai kejujuran dan sportivitas serta mencegah kepikunan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin sangat mendukung Pengcab Bridge Batam memasukkan program Bridge Masuk Sekolah (BMS). Namun kendalanya, olahraga ini belum dianggap awam dan siswa belum semua punya kemampuan di bidang ini. Untuk itu, Pengcab Batam perlu mensosialisasikan ini lebih maksimal.
Meski dikatakan bisa meningkatkan daya pikir dan kepintaran seorang anak, namun Muslim Bidin mengaku belum mengetahui secara pasti, kalau bridge bisa memberikan keuntungan tersebut. ”Kita belum melakukan riset sampai ke sana,” ujarnya. Tapi jika itu memang bisa membuahkan hasil, Dinas Pendidikan tetap akan mendukung, sepanjang program yang dilakukan positif.
Sejauh ini, program bridge ke sekolah memang masih kurang, dan masih didominasi dengan cabang olahraga lain. Di sini Pengcab Batam perlu sosialisasi ke seluruh sekolah, orangtua murid agar tidak salah mengerti. Maklum, masih ada anggapan orangtua murid, bahwa bridge bertetangga dengan judi.
Untuk itu, Dinas pendidikan sampai saat ini tetap mendukung meski masih dalam bentuk moral. ”Kalau Pengcab Bridge Batam butuh rekomendasi memudahkan masuk ke sekolah akan kita berikan, sepanjang hal itu positif,” ujarnya.***