Batasi atau Buka Jalur Baru

Saturday, November 8, 2008

- Membedah Transportasi Kota Batam
KEMACETAN lalu lintas di Kota Batam lambat laun semakin terasa. Rasanya tidak ada hari yang berlalu tanpa harus terjebak di kemacetan lalu lintas. Kemacetan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Alur lalu lintas yang mengular jika menjelang karyawan masuk dan pulang kerja. Tanpa suatu rencana matang, sistem angkutan umum di Kota Batam ke depan pasti menimbulkan masalah besar seperti di Jakarta.
Baik bagi operator angkutan umum sendiri maupun pada pelayanan umum (pengguna). Juga akan memberikan dampak yang buruk buat lingkungan atau yang non pengguna. Dalam situasi yang sekarang, kondisi faktual di lapangan sudah menunjukkan terjadi kemacetan lalu lintas di jalan utama. Melalui Batam Pos para sopir angkutan umum, Kamis (23/10) lalu di pangkalan angkat bicara.
Mereka menilai biang kemacetan lalu lintas yang terjadi di Tanjunguncang, Batuaji, Bengkong, Mukakuning dan wilayah lainnya adalah jumlah angkutan yang sudah menemui kejenuhan. Kondisi ini menunjukkan gejala-gejala adanya permasalahan yang terjadi pada sistem sediaan angkutan umum di Kota Batam. Dinas perhubungan (Dishub) harus bijak mengatasi kemacetan ini dengan cara apapun. Supaya sistem transportasi kota Batam ke depan tidak amburadul lagi.
”Mungkin solusinya yang bagus membatasi (bertambah) jumlah angkutan umum. Kami melihat angkutan umum terus bertambah bahkan jumlahnya lebih banyak dibanding penumpang,” kata Sukri dan Robby, sopir angkutan transkip di kawasan industri Batamindo. Berjubelnya armada ini yang memaksa sopir berebutan penumpang di jalan raya. Hingga mereka mengabaikan tata tertib berlalu-lintas. Pastinya hal itu menimbulkan beban bagi kinerja pelayanan beberapa jaringan jalan yang dilalui selama beroperasi.
Faktor lain, pembangunan terminal yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah perencanaan lokasi juga, berkontribusi menyebabkan kemacetan itu. Diperburuk lagi dengan sikap pengemudi yang tidak disiplin dengan mengetem, mengubah jalur pelayanan dan berhenti di sembarang tempat. ”Kalau terminal Mukakuning berfungsi dengan baik, pergerakan arus lalu lintas pada jaringan jaringan di sekitarnya akan berjalan bagus (tidak macet),” tutur warga perumahan Sakinah Batuaji ini.
Memang angkutan umum jenis transkip sampai saat ini masih berjalan sangat tertib. Hampir bisa dikatakan tidak ada penyebab kemacetan. Karena memang setiap angkutan umum sudah diatur secara per trip. Jumlah armadanya juga dibatasi, hanya 100 unit. Sopir pun tidak ada yang berebutan penumpang. Jika sistem ini berjalan di semua wilayah Batam pergerakan arus lalu lintas di Batam akan terlihat tertib dan bagus.
Namun pria berdarah Padang ini pesimis itu bisa tercapai. Sebab, tidak semua koperasi punya pemikiran yang sama. Sekarang saja lanjut Sukri, sopir berasal dari satu koperasi masih saling berebut penumpang di jalan raya. Mengapa? Karena jalur angkutan yang dilalui sampai saat ini tidak pernah bertambah. Sementara dari koperasi angkutan terus bertambah dan jumlah angkutannya juga terus ditambah. ”Akibatnya, ya macet. Apalagi beberapa koperasi tersebut belum pakai sistem trip, sehingga sopir orientasinya bagaimana cara cepat dapat setoran, kedisplinan pun terabaikan,” ujarnya.
Selain transkip, angkutan umum lain juga sudah ada yang menggunakan sistem trip ini. Yakni bus pilot project (BPP) alias busway. Busway merupakan jenis angkutan yang terjadwal, aman dan displin. Sopir busway, Muhidin berpendapat bahwa yang ingin diatasi adalah kemacetan lalu lintas, bukan pembatasan jumlah kepemilikan kendaraannya. Oleh karena itu, semua pemikiran dan upaya hendaknya dipusatkan kepada mencari cara untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, bukan kepada upaya membatasi jumlah kepemilikan kendaraan angkutan umum.
Karena dengan membatasi jelas berpengaruh ke bisnis industri otomotif dan penunjang lainnya, seperti pembiayaan dan asuransi. Mata rantai industri otomotif juga menciptakan lapangan kerja yang sangat besar bagi masyarakat. Kemacetan lalu lintas, antara lain, diakibatkan oleh laju pertumbuhan ruas jalan raya tidak berlangsung seimbang dengan laju pertumbuhan kendaraan bermotor.
Pertambahan ruas jalan raya berlangsung berdasarkan deret hitung, sedangkan laju pertambahan kendaraan bermotor berlangsung berdasarkan deret ukur. Kemacetan lalu lintas juga terkait dengan perencanaan kota, manajemen lalu lintas, serta perilaku dan disiplin manusianya sebagai pengguna jalan. Jalan keluarnya adalah dengan membatasi jumlah kendaraan bermotor yang berada di jalan pada saat yang bersamaan.
Caranya diantaranya dengan membatasi jumlah kendaraan bermotor yang melintas di ruas jalan protokol pada jam-jam sibuk. Tapi persoalannya di Batam, ruas jalan yang dilalui angkutan umum tidak sebanyak seperti di Jawa. Contoh, angkutan umum jenis Carry trayek Batuaji - Mukakuning hanya bisa dilalui satu jalur saja. ”Jadi sulit menerapkannya di Batam,” katanya. Paling berpotensi bisa diterapkan di Batam adalah menyediakan transportasi umum massal yang nyaman dan aman seperti busway.
Meski jumlah angkutannya masih terbilang sedikit yakni 22 unit terdiri dari 9 untuk trayek Batuaji Batam - Centre, 12 unit untuk Sekupang - Batam Centre dan 1 unit cadangan itu sudah menuai keberhasilan. Sekarang masyarakat sudah banyak yang menggunakan busway dan terbiasa dengan jadwalnya. Pada jam sibuk, (jam masuk kerja) interval keberangkatan setiap 15 menit. Penumpang sudah mengetahui dan sopir pun tidak bisa main-main. ”Tertib busway yang buat banyak penumpang/karyawan di pagi hari suka naik busway,” katanya.
Selain itu menurut Muhidin, penumpang juga bisa menikmati kenyamanan mulai fasiltias AC, tidak kebut-kebutan serta tidak berdesakan. Bahkan sepadat-padatnya penumpang, kondisi di dalam mobil tetap terasa nyaman. Nyaman karena jumlah penumpang yang naik juga dibatasi. Setelah 21 tempat duduk terisi hanya sekitar 9 hingga 10 orang yang diijinkan berdiri. ”Bahkan dalam kondisi seperti itu kita harus bisa membuat mereka tertidur,” ujar pria asal Banten ini.
Penumpang juga sudah tahu perubahan interval keberangkatan dari bus yang satu ke yang lain mulai sekitar pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB. Lamanya sekitar 30 menit Interval ini memang disengaja. Karena pada jam tersebut penumpang sudah sepi. Jika mempertahankan interval tetap 15 menit pada siang hari akan tidak efisien. Penumpang paling ada dua atau tiga orang dari Fanindo Tanjunguncang sampai Batam Centre maupun sebaliknya. ”Bahkan lebih sering kosong. Jadi tidak efisien untuk BBM,” katanya.
Disamping itu angkutan umum sejenis Bimbar (Bintang Kembar) trayek Dapur 12-Jodoh via Batam Centre jumlahnya berjubel. Saking banyaknya armada Bimbar, interval satu kendaraan ke yang lain sekitar 5-10 menit saja. Baik siang maupun malam. Dalam interval tersebut tentu sopir berebut untuk mendapatkan penumpang demi setoran. Jadi bila busway tetap memaksakan mengikuti interval Bimbar tentu tidak efektif. Lagian penumpang busway juga sudah memiliki segmen sendiri.
”Jadi tidak ngoyo gitulah, karyawan yang yang kita angkut pekerja di Batam Centre dan Mukakuning. Pagi dan sore sebagian besar mereka juga yang kita angkut,” ucap Warga Kavling Lama Batuaji ini. Dari pengamatan Batam Pos beberapa hari ini, penumpang angkutan busway di siang hari sangat sedikit. Bahkan bisa dikatakan dari sembilan unit busway yang beroperasi pada trayek Batuaji - Batam Centre penumpangnya tidak ada yang lebih dari lima orang.
Sementara penumpang Bimbar jauh lebih banyak. Armada yang lintas pun jauh ketinggalan, 1 berbanding 4. ”Trayek Bimbar juga sampai Jodoh. Makanya angkutan mereka terlihat penuh terus,” ujarnya.
Arnold, supir carry trayek Batuaji - Mukakuning menambahkan sekarang ini ia lebih orientasi mencari pelanggan dibanding mencari penumpang di tengah jalan. Ia melakukan itu karena jumlah angkutan di Batam jauh lebih banyak dibanding penumpang. Apalagi untuk trayek yang dilaluinya. ”Pelat kuning saja sudah banyak, ditambah lagi pelat hitam. Wah bikin kami kelimpungan. Untuk jaga tetap ada penghasilan satu-satunya cara punya langganan,” aku warga Sagulung ini.
Ayah tiga anak ini juga berharap pemerintah secepatnya bisa perbaiki sistem sarana dan prasarana angkutan kota Batam. “Menghapus angkutan pelat hitam lebih utama,” geramnya. Terkait sikap sopir di Batam? Arnold, Muhidin, Sukri, dan Robby bernada sama. kalau sopir di Batam masih tidak displin. Umumnya sikap sopir di jalan raya masih ugal-ugalan dan memiliki tradisi menurunkan penumpang sesukanya saja.
”Ini yang buat macet, ngetem sesukanya tanpa kenal tempat, disamping angkutan umum yang jumlahnya banyak,” tukasnya. Angkutan umum di kota Batam kata mantan sopir Damri ini juga banyak tidak layak jalan. Diperburuk dengan banyak mobil pelat hitam yang berubah fungsi jadi angkutan umum. Permasalahan ini pun seperti luput dari pengawasan petugas. ”Angkutan pelat hitam itu harus dihapuskan, mereka juga berkontribusi menambah kemacetan di kota Batam selain mengurangi penghasilan sopir resmi,” pinta Robby. ***