Sekarang Satu Kapal Dua Mesin

Saturday, November 8, 2008

VISIT Batam 2010 tinggal dua tahun lagi. Suksesnya program pemerintah Kota Batam ini, tidak terlepas dari infrastruktur. Terutama pada jalan di Batam yang sudah lama dikeluhkan para pelaku wisata.
”Pelancong kurang nyaman karena jalan banyak berlobang,” begitu kata mereka belum lama ini. Keluhan tersebut memang menjadi prioritas pemerintah baik Pemko Batam, Otorita Batam, dan Pemprov Kepri. Tapi karena terbatasnya anggaran, perbaikan jalan rusak di Kota Batam pun belum maksimal. Terutama di jalan yang pemeliharaannya oleh Pemko Batam.
Kepala Bidang Prasana Jalan Jembatan Pemko Batam, Yumasnur mengatakan, setiap tahunnya Pemko Batam hanya mampu memperbaiki jalan sekitar 30 Km pertahun. ”Itu rata-rata keseluruhannya perbaikan yang bisa dikerjakan Pemko pertahunnya,” katanya.
Padahal total panjang jalan yang harus dipelihara Pemko mencapai 800 Km. Itupun kondisi panjang jalan yang rusak sekarang lebih dari 10 persen. Jadi tidak heran jika menemukan jalan-jalan yang berlobang di beberapa ruas jalan kolektor dan lokal. ”Memang kita tak mampu menangani semua, karena kendala pada anggaran yang terbatas tadi,” ungkap Yumasnur.
Sampai saat ini perbaikan sebagian jalan kolektor dan lokal masih dibantu OB. Kalau mengharapkan dari anggaran APBD secara keseluruhan Pemko tidak akan mampu. Di tahun 2008, Pemko Batam lebih banyak melakukan pemerliharaan jalan secara rutin, seperti melakukan tambal sulam jalan berlobang dibanding melakukan overlay. ”Karena pemelirahaan yang seperti ini biayanya lebih murah,” ungkapnya.
Tahun 2008, lanjutnya, alokasi dana dari APBD untuk perbaikan dan perawatan jalan hanya sekitar Rp2 miliar. Dan untuk pemeliharaan Pemko hanya sanggup 5 persen saja dari yang dibutuhkan. Ia mencontohkan kalau kebutuhan Rp100 miliar, Pemko Batam baru mampu 5 persen saja dari kebutuhan tersebut untuk pemeliharaan jalan. Meski untuk pemerliharaanya Pemko Batam tidak mampu menanganinya, tetapi kondisi di lapangan permintaan peningkatan jalan terus bertambah. Setiap tahunnya peningkatan jalan kolektor dan lokal di Kota Batam sekitar 20 Km pertahun.
Sementara dana yang dianggarkan APBD untuk jalan di tahun 2008 hanya Rp40 miliar. ”Pastinya dana tersebut terbatas untuk mendapatkan jalan yang lebih bagus,” katanya. Yumasnur juga membenarkan infrastruktur jalan yang bagus juga tidak terlepas dari drainase. Tapi persoalannya drainase sekarang banyak tidak sesuai standar. Kebanyakan masih menggunakan drainase lama. Jadi tidak seimbang dengan pertumbuhan pembangunan yang ada di sekitarnya.
Drainase yang lama tidak sanggup mengimbangi pertumbuhan bangunan. Sementara untuk memperbesar drainase tersebut, anggaran Pemko tidak memadai. Akibatnya, jalan Batam sering banjir dan akhirnya mempercepat kerusakan jalan.
Bukankah seharusnya jalan dan drainase di Batam lebih bagus dibanding daerah lain, karena yang memelihara OB, Pemko, dan Pemprov. Direktur Pembangunan OB Istono tak menampiknya. ”Seharusnya iya, cuman masalahnya uangnya mepet, terbatas, jadi sama saja,” katanya.
Jangankan wilayah Batam, Ibukota yang anggaran untuk infrastruktur ini sebesar Rp20 triliun lebih pertahun juga masih ditemukan jalan rusak. ”Itupun tak menjangkau,” katanya.
Visit Batam 2010 adalah tanggungjawab bersama. Batam sekarang lanjut Istono ibarat satu kapal dengan dua mesin. Bukan lagi satu kapal dua nakhoda. Agar kapal itu bisa melaju kencang, kedua mesinnya harus hidup dengan bagus. ”Nah, kalau mesinnya yang satu lagi ngadat tentu jalannya pincang, jadi harus sama-sama hidup agar larinya kencang,” kata Istono.
Belakangan ini, pihak Pemko terutama Dinas PU Kota Batam jarang terdengar melakukan tender pengerjaan drainase dan jalan. Banyak pihak menduga pimpinan proyek (pimpro) sedang tiarap. ”Mungkin karena takut seperti kasus drainase yang kini disidangkan di Pengadilan Negeri Batam,” kata seorang kontraktor.
Namun Yumasnur membantah hal itu tidak berkaian karena pada dasarnya kemampuan Pemko Batam terbatas dalam memperbaiki jalan hanya sekitar 30 Km pertahunnya.

Berkeliling Mencari Lubang
Hujan deras dibarengi banjir yang terjadi beberapa waktu, menimbulkan lubang-lubang yang baru di jalan raya. Namun Otorita Batam mengaku selalu menyediakan aspal sebanyak 8 ton perhari.
“Ini upaya siasati keterbatasan anggaran yang kita miliki,” kata Istono. Ia menambahkan, penambalan sifatnya termporary. Tambal sulam jalan selalu dilakukan saat cuaca sedang bagus. “Biasanya kita menghabiskan aspal 8 ton perhari kalau cuaca sedang bagus,” katanya.
Teknis pelaksanaan, OB menggunakan mobil aspal keliling. Begitu melihat ada jalan yang berlubang, pekerja yang ikut diatas mobil ini langsung menambalnya. Biasanya mereka melakukan penambalan perminggu perwilayah dan bergiliran. Contohnya, di satu wilayah mereka akan melakukan penambalan selama satu minggu, selanjutnya di daerah lain. ***