Tekanan Gandar Jalan Batam Ketinggalan

Saturday, November 8, 2008

SEKAIN faktor usia jalan, tonase, dan air kerusakan jalan di Batam, juga tidak terlepas dari rendahnya tekanan gandar jalan yang hanya 8 ton. Tekanan gandar ini masih yang lama. Padahal, dengan kondisi kendaraan yang lintas sekarang tekanan gandar ini harusnya ditingkatkan ke level standar yakni 10 sampai 12 ton.
”Desain Bina Marga tekanan gandar standar sekarang sudah 10 - 12 ton. Sedangkan Batam masih masih menggunakan yang lama 8 ton,” kata Direktur Pembangunan Otorita Batam (OB) Istono, Kamis (31/10) lalu.
Jalan di Batam yang sudah memiliki tekanan gandarnya standar Bina Marga yang baru standar baru jalan Maccobar Batuampar, sepanjang 800 meter. Itupun yang 10 ton. OB memang berencana mengikuti desain Bina Marga. Sayangnya, OB tidak mampu sebab biayanya sangat mahal.
Istono menjelaskan biaya pembuatan desain standar Bina Marga untuk 10 ton saja perbedaan biaya sampai tiga kali lipat dibanding desain biasa. Mahal, karena memang bahan desain gandar 10 ton ini meliputi lapisan bauksit 40 Cm, batunya 30 Cm, beton (ready mix) dengan kontruksi kerangka besi kemudian dilapisi aspal 7,5 cm.
Sementara bahan desain biasa jelas Istono meliputi lapisan Sabis. Lapisan ini terdiri dari bauksit, pada lapisan kedua dari batu dengan ketebalan 30-40 Cm. Selanjutnya dilapisi aspal dengan ketebalan 5 - 7,5 Cm. Desain satu inilah disebut gandar 8 ton dan sampai saat ini digunakan di Batam.
”Desain ini memang sudah ketinggalan, tapi kita mepet di dana,” ujarnya.
Istono menjelaskan, berdasarkan ketentuan seharusnya jalan yang ada, harus dilapisi sekali dalam lima tahun. Namun sebagian besar jalan di Batam, jalan-jalan yang dibangun tahun 80-an baru dilapisi tahun 2007 sampai sekarang.
”Kawasan Industri Sekupang setelah 15 tahun dibangun baru akan dilapisi tahun ini, kendalanya adalah dana, sekarang saja kita mpot-mpotan,” katanya.
Meski jalan di Batam sudah mendapat lapisan baru, namun diakui Istono di beberapa ruas jalan masih banyak jalan berlubang. Karena terbatasnya dana, jalan yang rusak itu baru dirawat dengan sistem tambal sulam.
Tujuannya mencegah terjadinya kerusakan lebih parah dan menghindari kecelakaan pada pengguna jalan. “Kalau melapisi sekaligus kita tidak punya dana,” kata Istono.
Mutu bauksit di Batam juga tidak sebagus 10 tahun lalu. Sifat tanah yang labil berbentuk spot-spot juga menurunkan mutu jalan. Apalagi dilintasi mobil truk pengangkut tanah. Untuk pengerjaan jalan bauksit OB mendatangkan dari Kijang Kabupaten Bintan.
Kerusakan jalan yang terjadi selama ini ujar Istono juga tidak terlepas dari lemahnya pengawasan mereka terhadap jalan maupun drainase. Ia mengatakan mereka tidak punya legitimasi yang mendasar untuk itu.
”Yang punya ini polisi dan Dishub,” katanya.
Sesuai UU yang berhak melakukan tindakan adalah polisi dan dishub. “OB hanya instansi pemerintah dan tidak dalam kapasitas itu. UU itu jelas mengatur, seyogianya mereka yang melakukan penindakan,” tambahnya.***