Naik Penghasilan hingga Derajad

Saturday, July 26, 2008

Siapa yang bisa menebak nasib seseorang. Misalnya saja Dameria Nadapdap. Dulu, Dameria hanya seorang aktivis gereja. Kini warga perumahan kawasan Tiban ini sudah menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Batam, setelah tak lama bergabung dengan partai tahun 2004 lalu. Melalui Partai Damai Sejahtera (PDS), Dameria kini bisa lebih bisa berekspresi melakukan tugasnya, tidak hanya sebagai aktivis gereja tetapi lebih luas mengekspresikan diri dengan memperjuangkan aspirasi masyarakat. ”Dulu, saya sama sekali malah tidak kepikiran menjadi anggota dewan, tapi Tuhan punya rencana lain untuk saya,” tutur Dameria lantang.
Menurut Dameria, setelah empat tahun duduk menjadi anggota dewan ia merasakan ada perubahan dalam hidupnya. Tidak munafik, dari yang sebelumnya ibu rumah tangga, diakui Dameria ada peningkatan pada materi. Selama empat tahun duduk di DPRD Kota Batam, ia sudah memiliki penghasilan tetap. Selain peningkatan materi, ia juga merasakan adanya peningkatan status. Kaum perempuan jadi terangkat dan ternyata juga bisa berpolitik seperti kaum pria yang dominan. Dan ini jelas salah satu contoh untuk perjuangkan penyamaan gender.
”Tidak munafik, peningkatan materi itu jelas ada. Tidak berlebih tapi cukup,” katanya. Selain mengenai ekonomi, seorang anggota dewan juga mendapat prestise dan peningkatan sosial yang membuat dirinya menjadi terangkat. Terangkat tentu jika anggota dewan itu mampu bersosialisasi dengan masyarakatnya. Meski peningkatan ekonomi itu ada, namun motivasi awal berpolitik bukan mencari materi atau kaya. Tapi duduk di dewan (DPRD) bisa jadi berkat. Kalau motivasi utama mau jadi dewan hanya mencari materi maka, tidak akan ada perubahan pada negara ini.
”Menjadi anggota dewan itu ada amanah yang besar jadi, kita harus hati–hati antara keinginan kita dan keinginan untuk mewakili rakyat,” tuturnya.
Sedikit berkisah, ketika jadi caleg tahun 2004 lalu, Dameria mengaku dananya sangat terbatas. Duduk di dewan pun bukan karena kerja keras tim sukses. Karena ia sama sekali tidak pakai tim sukses. “Danaku terbatas, tapi Tuhan yang tak terbatas. Saya jadi anggota legislatif bukan karena banyaknya uangku,” katanya.
Dengan dana minim yang dikeluarkan, Dameria pun tidak ambil pusing bagaimana cara mengembalikan uang yang telah digunakan saat kampanye. ”Apalagi saya paling takut korupsi, peningkatan ekonomi, itu pasti. Namanya ibu-ibu biasa, pintar menyimpan uang,” ujar anggota Komisi IV DPRD Kota Batam ini.
Selain Dameria, Ruslan Chasbulatov adalah salah satu anggota dewan yang derajatnya terangkat. Dulu, kader PDI Perjuangan ini tinggal di rumah liar. Berkat dukungan masyarakat paling bawah, derajatnya langsung terangkat. Dengan dukungan masyarakat melalui partai PDI Perjuangan, Ruslan pun mencalonkan jadi anggota dewan. Tanpa disangka, perjalanan hidupnya pun berubah, Ruslan Chasbulatov terpilih jadi anggota dewan periode 2004-2009.
Kendati pria berperawakan sedang ini mengalami perubahan nasib, dan sudah tinggal bersama keluarganya di kawasan perumahan Anggrek Sari Batam Centre, namun Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Batam ini sama sekali tidak lupa dengan konstituennya. Ia dikenal cukup akrab dengan konstituennya. Bahkan saban hari di kantornya banyak masyarakat yang menemuinya. Mulai dari menyampaikan aspirasi hingga urusan proposal. ”Kita ini diusung oleh masyarakat paling bawah dan saya lama tinggal bersama mereka di ruli. Mana mungkin bisa lupa dengan mereka,” katanya.
Peningkatan derajat itu juga diakui anggota Komisi III DPRD Kota Batam, Zilzal. Kader dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengatakan secara pribadi tidak menilai hidupnya berlebih. Tapi memang diakui dari segi penghasilan memang ada peningkatan dari sebelumnya, ia bekerja sebagai pekerja di perusahaan. Kendati penghasilan sebesar Rp18 juta, namun Zilzal mengaku tidak bisa menikmati seluruh gaji tersebut. “Dengan tuntutan biaya politik yang tinggi penghasilan itu impas,” katanya.
Ia merincikan penghasilan Rp18 juta sekitar 45-50 persen diserahkan untuk partai, bukan dinikmati pribadi. Hanya 50 persen saja yang bisa dinikmati dan itulah yang digunakan untuk keluarga, dan membantu orang-orang. Meski demikian Zilzal tidak lagi tinggal di rumah kontrakan kecil. Ia sudah mampu membeli rumah tipe 60 seharga Rp200 juta di kawasan Plamo Garden, Batam Centre.
Namun rumah itu dibeli bukan dari hasil “sabetan” selama duduk di dewan. Menurut pengakuannya rumah tersebut dibeli secara kredit dengan mengalokasikan uang tunjangan perumahan dewan senilai Rp8,5 juta perbulan. “Itupun empat tahun lagi (kreditnya) harus saya lunasi,” ujarnya
Zilzal juga membantah dewan itu menerima fasilitas cukup mengenakan. Kalau dibandingkan dengan buruh jelas ada perbedaan. “Saya akui itu besar dan saya sangat mensyukuri,” ungkapnya. Oleh karena itu tidak ada alasan seorang anggota dewan harus meninggikan gajinya dan sebagainya. Sekarang masalahnya adalah biaya politik yang tinggi. Dan ini adalah salah satu penyebab maka kasus-kasus sering timbul di dewan. Selain konsekwensi politik itu, anggota diminta peduli terhadap masyarakat.
Bagi sebagian anggota dewan mungkin melihat jabatan itu sebagai peluang untuk jadi kaya dan masuk untuk kekuasan. Sehingga rata-rata pemikiran masyarakat menganggap legislator hidupnya sangat glamor. Karena mayoritas perilaku dewan masih seperti itu. Apalagi banyaknya anggota dewan yang korup telah berhasil diungkap oleh KPK.
Namun tidak semuanya anggota dewan semacam itu. Toh, banyak juga anggota dewan yang hidupnya sederhana dengan mengelola uang yang diterima setiap bulan dari gaji, tunjangan jabatan, tunjangan komunikasi dan uang beras. ”Tapi bagi saya keuntungan memanfaatkan kekuasaan tidak ada. Saya tidak ada keluar batas-batas yang telah ditentukan,” ungkapnya.
Saat menjadi caleg, Zilzal menuturkan kekayaan yang dilaporkan cuma Rp1,3 juta. Tapi setelah selama empat tahun menjabat anggota dewan, kekayaannya bertambah. ”Kekayaan saya memang bertambah jadi Rp100 juta. Tapi saya punya utang sebesar Rp140 juta untuk kredit rumah itu,” ujarnya. Selama empat tahun menjabat, Zilzal mengaku tidak ada harta yang bertambah, selain rumah yang dibeli dengan kredit. Sebab mobil juga dia belum punya, kecuali mobil dinas dari pemerintah Kota Batam.
Para legislatif tersebut diatas adalah anggota legislatif yang terbilang sukses. Karena berawal dari kehidupan yang pas-pasan, sekarang mengalami peningkatan.
Namun bukan semua legislatif yang duduk di dewan merasa dirinya sukses dan mendapat peningkatan di bidang materi. Sebagian dari anggota dewan periode 2004-2009 mengaku selama duduk di dewan tidak ada perubahan dari segi materi, justru cenderung tidak meningkat.
”Saya pikir salah besar, kalau orang berpikiran masuk dewan itu jadi kaya. Saya sendiri biasa-biasa saja,” ujar Reinhard, anggota Komisi III DPRD Kota Batam. Ia menuturkan gaji di dewan itu sudah terperinci. Setiap angkanya juga sudah jelas ada pos pengeluarannya.
”Gaji Rp18 juta itu tidak hanya untuk pribadi. Tetapi juga dibagi untuk partai, proposal dan membantu konstituen,” katanya. Menurut Reinhard kalau mau jadi dewan baik, memang pengeluaran itu bisa lebih besar dibanding pemasukan. Kecuali menjadi anggota dewan yang punya obsesi masuk dewan ingin bermain proyek. ”Tak bisa dipungkiri dan banyak yang bermain seperti itu. Termasuk dapatkan proyek di pemerintah,” ungkapnya.
Reinhard mengaku terobsesi masuk dewan karena ingin melayani masyarakat. Ia nekad meninggalkan perusahaan yang menggaji dirinya sebulan sebesar 3.500 dolar singapura demi obsesi itu.
”Selama anggota dewan tak nambah (harta) apa-apa. Cuma sekarang ada nilai plusnya, ada kepuasan sampaikan aspirasi masyarakat, dan kebanggaan, bukan motivasinya uang. Terus terang walaupun uang tak banyak saya puas,” tutur mantan Enginering Manajer PT Boater Bulk Packaging ini.
Hal senada juga diutarakan Irlan Gusti dari anggota Komisi III DPRD Kota Batam. Ia mengatakan penghasilan dari anggota dewan jauh lebih kecil dari gaji yang diterima saat bekerja menjadi Manager Operasioanl PT Indotri dan PT Sarana Samudra Sekupang. Tapi ia bersyukur jadi anggota dewan, karena legislator asal partai Demokrat ini mengaku lebih bisa mengaktualisasikan diri kepada masyarakat.
Mantan Ketua Partai Demokrat ini juga membantah kalau pencalonannnya disebut termotivasi karena ingin cepat kaya. Menurutnya ia mencalonkan dulu karena ingin membantu masyarakat. ”Mau cepat kaya jangan jadi politikus tapi jadi pengusaha. Buktinya, selama empat tahun jadi anggota dewan, hidup saya biasa-biasa saja. Di dewan itu adalah pengabdian pada masyarakat,” ujarnya.