Perjuangkan Aspirasi atau...

Saturday, July 26, 2008

Seorang politisi di sebuah partai yang gagal maju pada 2004 lalu, dengan berseloroh tapi serius berujar dana Rp300 juta bisa habis untuk membiayai perjalanannya ke Engku Putri, dari mulai pencalegan hingga masa kampanye. Tak heran, saat duduk nanti, mereka akan berpikir bagaimana kembali modal. Benarkah demikian?
Jumat (18/7) sore kemarin, suara Anasrun begitu lantang menegaskan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di Kota Batam bukan utnuk memperkaya diri. “Itu bukan motivasi saya,” katanya lantang.
Ia mengatakan demikian karena harta yang dimilikinya sekarang sudah bisa memenuhi segala kebutuhan keluarganya secara keseluruhan. Mungkin hal itu bisa dipercaya karena Anasrun adalah seorang pemilik beberapa perusahaan di bidang perkapalan (shipping) di Batam, Kepri. Selain usaha perkapalan Anasrun juga memiliki peternakan ikan di Barelang dan memiliki perkebunan cengkih dan tanah puluhan hektare di Natuna.
Oleh karena itu Wakil Ketua Partai Bulan Bintang ini dengan tegas menyatakan ingin maju pada pemilu 2009 murni ingin memperjuangkan aspirasi masyarakat. “Khususnya masyarakat hinterland di pulau,” tambahnya. Maka itu ia sangat berharap daerah pemilihan Batam dibagi enam dapil. Agar niatnya itu bisa tersampaikan, menjadi wakil rakyat dari daerah terpinggirkan itu.
Kalau hanya ingin untuk memperkaya diri, jalur politik bukanlah jalannya. Sebab memperkaya diri melalui jalur politik sangat penuh riesiko. Penghasilan seorang anggota legislatif sudah terbatas setiap bulannya. Jika ingin kaya dengan mengandalkan dari anggota legislatif, minimal pasti melakukan hal-hal yang korup. Itu sangat beresiko apalagi di jaman sekarang. ”Buat apa banyak uang kalau akhirnya di penjara, lagipula siapa yang mau masuk penjara,” katanya. Bukankah banyak pengusaha dengan kekayaan yang melekat pada dirinya, maju jadi anggota legislatif demi tujuan melancarkan usaha dan mengembalikan modal awal saat berpolitik? ”Kalau tidak mau keluar uang, lebih baik tidak usah berpolitik, itu sudah konsekwensi dari berpolitik,” tegasnya.
Anasrun juga menegaskan usaha yang dijalankannya tidak bersinggungan dengan proyek fisik pemerintah, yang selama ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu memperkaya diri. Usaha yang dijalankannya selalu berurusan dengan pihak luar negeri, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan proyek-proyek pemerintah.
”Saya murni ingin membantu masyarakat,” ujarnya berulang-ulang kali. Sebab selama ini kata Anasrun, masyarakat hinterland selalu terpinggirkan. Bahkan keluhan mereka kerap tak pernah sampai ke pemerintah. ”Lagi pula dengan pekerjaan yang sekarang sudah makmur, mengapa mencari jalan yang penuh resiko menuju kaya,” tambah pemilik lama sebuah klub sepak bola di daerah hinterland ini.
Pembangunan di daerah hinterland di pulau dibanding dengan hinterland melekat dengan Batam sangat jauh berbeda. Infrastruktur di hinterland yang melekat dengan Batam sudah jauh lebih baik dibanding infrastruktur di pulau. Makanya pembangunan di daerah hinterland di pulau perlu diperjuangkan.
”Jika motivasi orang berpolitik adalah untuk menjadi kaya, bukan untuk beribadah itu tidak bakal lama dan tidak dipilih konstituennya,” katanya. Memang kenyataan saat ini, dalam lima tahun terakhir orang kaya baru di Indonesia, lahir dari jalur politik. ”Tapi politikus korup bukanlah jalanku,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan kader Partai Matahari Bangsa, Sugito. Bendahara partai ini mengatakan motivasi berpolitik adalah bukan mencari popularitas dan kekayaan. Karena motivasi yang seperti itu kurang benar. Menurut pengusaha mobil angkutan ini, motivasinya ingin maju menjadi caleg adalah ingin menjalankan tugasnya sebagai lembaga kontrol pemerintah. Kalau untuk mencari kaya dari politik menurutnya hal yang tidak terhormat. Padahal anggota dewan itu merupakan lembaga legislatif perwakilan rakyat yang terhormat.
Selama ini beberapa anggota dewan justru menjauh dari masyarakat. Setelah terpilih langsung pindah ke perumahan-perumahan elit meninggalkan konstituennya, padahal mereka dari dapil orang-orang menengah ke bawah. ”Motivasi saya tidak ingin neko-neko, anggota dewan adalah suri teladan masyarakat. Perilaku setiap hari harus memberikan citra di daerah pemilihannya,” ungkapnya.
Terjadinya korupsi di tubuh dewan karena melupakan tanggung jawabnya. ”Selaku orang muslim, harus saling ingat-mengingatkan dalam kebenaran dan harus didasari tanggung jawab yang kuat. Kalau hanya mengingatkan saja, tapi tak ada tanggung jawab maka korupsi akan terjadi,” katanya.
Sugito menambahkan kadernya juga akan mengingatkan dan bertanggung jawab atas perbuatannya agar tidak melakukan hal-hal yang tak beres, setelah terpilih jadi dewan. ”Kalau kader PMB tak beres saya yang pertama ngelabrak,” tegasnya.
Sementara Nur, kader dari PBB menambahkan keikutsertaanya mencalonkan diri pada Pemilu 2009, karena ingin meluruskan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota dewan yang mulai dikaburkan. Ia juga mengaku maju untuk menyampaikan aspirasi masyarakat agar semua pihak tidak terpinggirkan atau dilupakan. Menurutnya sebagai wakil rakyat tidak cukup dengan omong besar. Tetapi harus berani dan punya nyali mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.
Menurutnya, anggota dewan itu adalah wakil rakyat dan yang namanya wakil rakyat harus memberi keteladanan dan menerima aspirasi masyarakat dan diteruskan kepada pihak-pihak terkait, dan tidak hanya membela golongannya saja. Tak dipungkiri sebagian oknum dewan juga memperkaya diri melalui berbagai cara, dan salah satunya bermain proyek.
“Sebagai pemuda harus melakukan revolusi santun untuk merubah keadaan ini,” katanya. Sekarang ini yang dibesar-besarkan adalah dewannya, bukan wakil rakyatnya. “Jadi orang pada lupa dengan tanggung jawab dan kewajibannya,” tambahnya.