Dibayar Beras dan Selamatkan Perhiasan

Friday, October 10, 2008

- Kenangan Robinson Selama Delapan Tahun sebagai Porter Pelabuhan

Selain berpeluh keringat dan berhadapan dengan kerasnya kehidupan di pelabuhan mengangkut barang penumpang, Robus juga harus berjuang menjaga barang penumpangnya dari upaya kejahatan seperti copet.

Satu kejadian yang tidak bisa dilupakan Robinson yaitu pada saat membantu seorang penumpang selamat dari niat jahat para pencopet di atas kapal.
“Saya tidak ingat betul itu kapan, tapi saat itu betul kalau itu masih jamannya pencopet marak, kalau Pelni sudah masuk,” ujarnya.
Kata dia waktu itu kapal sudah sandar dan penumpang dari Jakarta sudah turun. Ia melihat seorang penumpang bawa ransel. “Dia itu cewek keturunan Jawa,” katanya. Mata Robinson tertuju kepada cewek tersebut karena memiliki asesoris yang menarik perhatian.
“Perhiasan mas -besar, mulai kalung, cincin dan antingnya besar-besar,” ucapnya.
Entah kenapa nalurinya mengajaknya untuk mengawasi cewek itu. Tak lama ia berjalan, beberapa pria langsung mengikuti dari belakang dan mengepung cewek itu sambil berjalan menuju keluar. Di tengah penumpang yang berdesakan itu, Robinson melihat para pencopet tadi sudah mulai beraksi. Dia pun langsung mendekati cewek itu dan langsung menegur para pencopet itu.
“Jangan ganggu ini adalah adek aku,” gertak Robinson sambil mengantar cewek itu keluar dari kapal. Para pencopet itu pun tetap mengikutinya dan sempat mau terjadi bentrok. Robinson rela meninggalkan pekerjaannya untuk menyelamatkan cewek itu.
“Saya ingat saya punya adek perempuan, makanya saya antar sampai naik ke dalam taksi. Saya bilang baik-baik jaga diri, hati-hati emasnya, tadi adek sudah mau di copet,” pesan Robinson waktu itu.
Kisah lainnya, pernah mengangkat barang milik orang tua dari kampung. ”Tahu tidak upahnya dikasih apa? Beras tiga muk dan uang Rp 3 ribu. Saya hanya tersenyum menerima,” akunya. Tapi Robinson percaya rejeki itu diatur oleh yang maha kuasa.
Suatu ketika hujan deras, seorang penumpang hendak berangkat. Sebagai porter Robinson menawarkan jasanya dan penumpang itu mau saja. Kemudian ia pun menyerahkan payung yang dipakainya kepada pelanggannya dan mengangkat barang bawaan yang hanya tas ransel.
“Setibanya di dalam kapal penumpang tersebut kasih saya Rp 300 ribu. Saya bilang ini terlalu banyak. Tapi penumpang itu bilang tidak apa-apa, katanya buat biaya sekolah anak saya. Itulah kenangan yang sangat membuat saya terharu,” kenangnya.
Kadang kecurigaan penumpang juga sering membuat porter jengkel. Ini juga yang disesalkan porter. Karena secara tidak langsung membuat penghasilan mereka berkurang. Atas kecurigaan tak berdasar itu penumpang jadi membawa barangnya sendiri. Padahal kata Robinson, setiap porter telah tercatat identitasnya di kepolisian dari nomor baju seragamnya.
”Penumpang tinggal mencatat nomor baju porter, barang-barang pasti aman. Jadi penumpang tak perlu kuatir dengan barang yang dibawa porter pasti aman,” pesannya. ***