Terima Cacian Sudah Hal yang Biasa

Friday, October 17, 2008

Berhasil menyelamatkan jiwa korban kebakaran dan memadamkan api serta menyelamatkan dokumen dan benda menjadi kepuasan tersendiri bagi para petugas PBK.
Namun menjadi petugas yang selalu berhadapan si jago merah itu tidak lah mudah, butuh ketahanan fisik yang prima juga harus memiliki pengalaman dengan api jika tidak menjadi korban keteledoran dan kecerobohan sendiri.
“Menjadi petugas PBK juga harus memiliki teori pemadaman, jadi tidak asal semprotkan air,” ujar Kasi Pencegahan dan Pengendalian Kantor Pemadam Kebakaran Kota Batam, Samudro.
Menjadi petugas PBK selama 24 tahun bukan waktu yang pendek. Banyak cerita yang ia peroleh dari tugasnya itu. Mulai menyelamatkan nyawa orang hingga dicaci karena dinilai terlambat menangani kebakaran.
Cacian yang keluar dari mulut korban yang tengah panik, sudah dianggap mereka bagian daripada pekerjaan.
Jika orang yang sedang panik, justru masalah yang akan bertambah.
“Karena itu cacian sudah kejadian yang biasa bagi kami,” tutur Samudro yang juga mantan dari petugas PBK OB ini.
Menurut mereka menjalankan tugas bukan tidak ada kendala yang dihadapi. Mulai dari terlambatnya datang informasi, macetnya lalu lintas, serta sulitnya mencapai lokasi kebakaran menjadi kendala utama dalam setiap menjalankan tugas. Tetapi semua itu dilalui kebersamaan oleh petugas PBK.
Dalam menjalan tugas petugas PBK juga harus berkordinasi dengan instansi seperti PLN, ATB, rumah sakit dan juga kepolisian. Agar dalam menjalankan tugas tidak menemui kendala.
Misalnya pada PLN. Jika terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh arus pendek, pihaknya harus berkordinasi dengan PLN untuk melakukan pemadaman listrik.
“Jika tidak dipadamkan petugas PBK bisa jadi korban sentruman arus listrik,” ujarnya. (ray)


Dilapangan kata Samudro masing-masing petugas selalu kompak dan tidak memiliki birokrasi yang rumit saat dalam bekerja. Karena itu “Fire fighter adalah brotherhood,” ungkapnya.
Dari selama 24 tahun bertugas di PBK Batam, satu kejadian yang tidak terlupakan olehnya dan juga rekan-rekan seperjuangannya. Adalah pada saat kebakaran besar yang terjadi di salah satu pusat pertokoan di Nagoya beberapa tahun lalu. Mereka memadamkan api hingga pagi. Pada peristiwa mengenaskan itu sebanyak sembilan orang meninggal dunia.
“Kita baru tahu ada sembilan orang yang meninggal, setelah paginya. Kita bahkan tidak tahu telah menginjaknya,” kenang Samudro, yang juga dibenarkan Kepala PBK Wilayah Sekupang, Jamalus.
Samudro yang juga turun pada pemadaman kebakaran dua titik pada Rabu (9/10) lalu di Tembesi dan Seipanas ini mengakui sampai sekarang pihaknya belum memiliki armada untuk berperang. Maka itu setiap kejadian pihaknya baru bisa melakukan koordinasi dan turun kelapangan membantu petugas PBK OB memadamkan api.
Pada umumnya Samudro berpesan agar masyarakat memperhatikan hal-hal yang dianggap sepele seperti seperti lupa mematikan kompor minyak, kabel instalasi dan kebocoran gas.
Karena selama ini kejadian kebakaran di Batam kebanyakan disebabkan oleh human error atau yang disebabkan oleh manusia. Seperti teledor mematikan kompor minyak atau tidak memeriksa tabung gas yang bocor. “Masyarakat harus lebih teliti,” ucapnya.
Selain menyelamatkan jiwa dan benda, petugas PBK juga menyelamatkan meluasnya kebakaran hutan, yang entah sudah berapa banyak yang terbakar. Kesulitan dalam memadamkan kebakaran hutan pernah membuatnya kewalahan. “Misalnya mencapai titik api ke tengah hutan dengan area yang sulit, semua itu pernah dilewati,” katanya.
Setelah 24 tahun bertugas di PBK OB, kini dia ditempatkan di PBK Batam. Meski belum punya armada, namun mereka bergabung dengan PBK OB saat kebakaran terjadi dimana saja. Ia hanya berharap PBK Batam yang baru terbentuk dua bulan yang lalu bisa memiliki armada.
“Sehingga kita bisa membantu PBK OB,” tuturnya.