Kerapu pun Ogah Kawin Sedarah

Saturday, October 4, 2008

Tim Batam Forum Batam Pos, Rabu (25/9) lalu bertandang ke Balai Pengelolaan Agribisnis Otoria Batam (BPA-OB) yang berkantor di Jalan KH Ahmad Dahlan Kelurahan Tanjung Riau, Sekupang. Di sini, kami terlibat diskusi dan melihat langsung pembibitan ikan.
Dialog tersebut dihadiri langsung oleh Kepala BPA-OB, Tato Wahyu didampingi Site Building Bidang Perikanan BPA-OB, Wisnu. Pada awal dialog yang tidak begitu formal itu Tato menjelaskan BPA-OB memiliki misi di Kota Batam untuk mengembangkan usaha agribisnis (produk/jasa) dan meningkatkan investasi dalam bidang pertanian, perikanan dan peternakan.
Meski struktur tanah di Batam tergolong bukan subur, namun BPA-OB tetap meningkatkan potensinya bidang pertanian, kebun tanaman hias, tanaman berorientasi ke komersil dan peternakan.
Dari beberapa usaha tersebut yang menjadi perhatian BPA-OB adalah pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan pulau Batam untuk dapat dikembangkan menjadi suatu aktivitas riil agribisnis yang dapat mendorong peningkatan ekonomi di tingkat masyarakat.
Untuk itu, pada tanggal 27 Februari 2004 bertempat di BPA-OB telah ditandatangani perjanjian kerja sama di bidang pertanian dan perikanan antara Kepala BPA-OB dengan Teknologi Budidaya Pertanian.
Beberapa hasil kerja sama diantaranya adalah pelaksanaan pengkajian dan penerapan teknologi budidaya kerapu di perairan Nguan yang kemudian diikuti dengan pelaksanaan panen perdana, penerapan teknologi pendederan dan penggelondongan benih kerapu dalam sistem bak; perbaikan sistem hatchery di BPA-OB.
Dan sampai saat ini penerapan teknologi untuk peningkatan bibit unggul pada kerapu masih terus berlanjut. BPA-OB cukup sadar bahwa kualitas benih rendah masih menjadi batu sandungan terbesar yang menghambat laju perkembangan budidaya perikanan nasional. Padahal, kunci sukses budidaya sangat tergantung pada ketersediaan benih unggul.
Tanpa dukungan benih yang mencukupi dengan kualitas prima, target peningkatan produksi agribisnis perikanan akan terancam gagal.
Karenanya BPA-OB selalu fokus untuk peningkatan mutu bibit unggul, seperti yang dilakukan pada ikan jenis kerapu bebek belakangan ini.
Maklum sekarang ini, kerapu bebek sangat bernilai mahal dan lebih mahal daripada kerapu jenis lainnya.
Permintaan kerapu bebek sangat tinggi di negara-negara maju. Bahkan Singapura, Taiwan dan Hongkong mengimpor kerapu bebek dalam jumlah besar. Melihat peluang itu, seiring dengan misi tadi, BPA-OB pun menginginkan produksi kerapu bebek dengan mutu bagus bisa diproduksi secara massal oleh nelayan Batam. ”Batam merupakan kota terdekat dengan negara pengimpor Kerapu tersebut. Didukung transportasi yang mudah juga menjadikan bisnis ikan kerapu menjanjikan, selain harganya juga sangat mahal,” tuturnya.
Riset untuk mendapatkan bibit unggul kerapu bebek yang prima pun dilakukan di laboratorium BPA-OB di Tanjung Riau. Sampai saat ini bibit yang dapat baru pada tingkat F2. Tato mengatakan bibit kerapu ini dibagi tiga bagian, yakni F1, F2 dan F3.
Ia menjelaskan bibit kerapu F1 memiliki sistem kekebalan sangat lemah dan gampang terserang penyakit dan benihnya mudah mati jika dipindah ke air yang berbeda. Sehingga sulit untuk dikembangkan dan hasilnya kurang memuaskan karena genetikanya juga kurang bagus. Selama ini kerapu jenis F1 inilah yang beredar di pasar.
Sementara kerapu F2 sudah bagus namun sepenuhnya belum kebal. Karena itu BPA-OB terus mengembangkan risetnya untuk mendapatkan kerapu F3, yang dipastikan bibit paling bagus.
”Bibit ini yang sedang kita ciptakan karena kebal penyakit dan cuaca dan pertumbuhan cepat. Makanya kita terus melakukan riset di laboratorium,” ungkap Tato.
Tato Wahyu tak menampik kenyataan pembudidaya ikan air laut sampai saat ini masih terkendala dengan kualitas benih. Penurunan kualitas benih-benih ikan air laut memang terus terjadi. Para pembudidaya juga sangat sulit mendapatkan benih-benih yang berkualitas prima.
”Tengok saja para pembudidaya di pulau-pulau yang ada di Batam yang hingga kini masih kesulitan memperoleh benih ikan kerapu (bebek) berkualitas,” tuturnya.
Selama ini kata Tato, para nelayan budidaya saat membeli bibit sangat jarang peduli dengan asal usul ikan. Padahal, secara tidak langsung persoalan genetika pada bibit unggul sangat perlu diperhatikan karena hal tersebut bisa mempengaruhi pada perkembangan ikan itu sendiri.
Persoalan inilah yang tidak diinginkan dialami para nelayan budidaya yang ada di Batam. Untuk itu BPA OB pun bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melakukan pengembangbiakan bibit unggul paling bagus. ”Sehingga ke depan bibit unggul ini bisa di produksi secara massal dan dinikmati oleh para nelayan,” tukasnya.
Lantas, bagaimana mendapatkan benih F3 itu? Wisnu menjelaskan sejak dini BPA OB dan BPPT sudah mencegah perkawinan bibit atau induk yang sedarah (inbreeding). Inbreeding bisa menyebabkan benih semakin buruk. Karenanya pencegahan dilakukan dengan memberi PIN number (nomor seri) pada setiap punggung induk.
Memang lanjut Wisnu untuk mendapatkan F3 membutuhkan waktu. “Dari benih sampai induk membutuhkan waktu 2 tahun jadi bibit. Tapi kita yakin bibit F3 itu akan kita dapatkan dan bisa diproduksi secara massal.” ujarnya. ***

. Sekarang baru dapat keturunan dari F2. Jika sudah dapatkan F3 pasti akan kita launching,” tuturnya.
Investasi budidaya ikan kerapu ini memang untuk jangka panjang. Sebab untuk panennya dengan bobot berat per ekor 6 Ons harus menunggu dua tahun. Beda dengan kerapu macan yang panennya lebih cepat. Tapi lamanya menunggu hasil itu memang sesuai dengan harganya. ”Untuk satu kilo kerapu bebek saja harganya mencapai Rp500 ribu. Makanya ini adalah ikan paling mahal. Buat nelayan ini menguntungkan,” katanya.
Selain pengembangan budidaya ikan kerapu, BPA-OB juga membangun pusat hatchery, retail ikan hias dan kolam pemancingan. ***